Thursday, August 28, 2014

Impossible (?)

Ga mungkin itu sungguh sebuah pernyataan yang meluluh lantakkan pagiku. Berbaris kalimat yabg ku haturkan padamu dengan penuh harap itu belum juga terwujud. Kemudian kata itu hadir seolah sebuah jawab.

Ga mungkin...

Pelipisku berdenyut perih. Pandangku buram.
Rasanya pagi ini harapku akan hanya berakhir harap tanpa punya kesempatan untuk jadi kenyataan.

... Berderak retak terserak berantakan ...

Monday, July 21, 2014

Pergilah lagi...

Entah bintang kah bulan angin atau petunjuk lain yang bermain dalam benak, tapi sungguh sejuta risau tinggal dalam disana. Diam. Sendiri. Tanpa suara.

Entah bagaimana mampu ku pendam air mata yang bertahan buramkan pandang, udara yang melesak dalam dada menyesakkan, denyut di pelipis yang berdenyar menyaingi desiran darah.

Firasat.

Kata itu demikian kuat pengaruhnya. Membuat segala cemas bertebar berpencar dalam segenap sel tubuh. Menggila. Traumatis, pun dramatis.

Tapi ini bukan drama. Hidupku bukan drama.

Rasa ini sungguh telah lama tertidur. Mungkin terlalu lama hingga ku nyaris lupa apa namanya. Mungkin seharusnya tetap saja tidur pulas agar tak lagi muncul memporakporandakan hati.

Firasat.

Sungguh kali ini ku tak suka kata itu. Membuatku sakit kepala dan ingin berteriak, palingkan wajah dan berlari berlari berlari.

Ku mohon, kali ini saja. Jangan lagi datang, pun kembali lagi.

Ku mohon, biarkan aku bersama bahagia. Tidurlah lagi, dalam mimpi indah firasatmu sendiri.

Jangan lagi kembali.
Biarkan hidup berahasia.

Monday, October 21, 2013

Biar ku ada

Tarikan nafas dalam itu terdengar lagi
Bersama pandang bimbang yang tak mampu lagi kau sembunyikan
Ragamu disini bersamaku, walau pikirmu melayang
Mencari jawab, pembenaran, penguat segala andai yang belum lelah berkeliaran

Percakapan yang sama lagi
Dengan sabar kita runut kembali percikan pikir dan ragumu
Susun satu demi satu untuk sebuah kemungkinan
Apakah ini, cobaan kah, godaan kah

Kemudian helaan nafas itu lagi...

Andai mampu ku pijak sejumput masa depan
Untuk ku bisikkan padamu, membawamu pada sebuah keputusan
Andai mampu ku yakinkan kebenaran suara hatimu
Sungguh akan ku lakukan

Pejamkan mata sejenak
Biar ku genggam hangat tanganmu sepanjang lelap malam
Biar ku bawa kita susuri segala ragu dan tanya
Biar kau temukan jawab dalam terjagamu esok hari

Biar ku ada,
Dalam setiap rasa dan pikirmu
Dalam setiap lelap dan terjagamu
Dalam setiap kita

Biar ku ada
Selalu
Biar kita ada
Selalu


Tuesday, September 24, 2013

Pejuang Cinta (?)

Selintas tiba-tiba lagu 'The Man Who Can't Be Moved-nya The Script' bikin saya ingat banyak kejadian.
Mungkin ketakutan terbesar manusia sebetulnya adalah kesepian, ketakutan akan kesendirian. Tapi lucunya, banyak hal juga yang manusia lakukan untuk memperpanjang kesendirian, sebelum akhirnya yakin akan pilihan teman hidupnya.

Banyak hal yang saya lakukan untuk memastikan bahwa seorang laki-laki memang betul telah menetapkan hatinya dan memilih saya sebagai pendamping hidupnya. Mungkin kebanyakan hal yang saya lakukan itu bodoh dan konyol, tapi saya selalu percaya bahwa laki-laki yang tepat akan menemukan cara untuk memahami dan menjawab segala kekonyolan dan kebodohan tersebut.

Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa saya sangat terbuka dan mudah dibaca, mungkin mereka benar.
Tapi toh banyak orang yang pada kenyataannya hanya mampu membaca apa yang memang saya sodorkan agar mereka pahami, bukan segala rahasia hati dan pikir yang saya bagi sebatas kenyamanan rasa. Walaupun demikian, tetap saja banyak teman baik yang diam dan memahami segala kekacauan dan keanehan polah tingkah dan riuh rasa serta pikir saya, jauh didalam diri.

Sejak dulu saya tidak punya kriteria lelaki idaman, yang penting klik di hati saya, sudah lebih dari cukup.
Laki-laki yang membuat saya nyaman menjadi diri sendiri, nyaman untuk jujur menampilkan segala hal apa adanya dari saya, dimana saya tidak perlu takut nampak bodoh pun jelek.
Apa adanya, tanpa rahasia.
Buat saya itu di atas segalanya. Karena kebohongan satu akan mengantar kita pada kebohongan selanjutnya. Selain itu saya juga sedikit pelupa, jadi paling payah kalau harus berbohong. Jadi biasanya tahapan si jaga image tidak pernah masuk di aturan main hidup saya. Buang waktu dan melelahkan.

Setelahnya, kemauan kerasnya untuk bersama saya.
Hidup tidak selalu penuh cinta dan gelimang bahagia. Dan pada saat kita tua nanti, apalagi yang kita butuhkan selain pasangan hidup yang membuat kita nyaman dalam sedih, suka pun diam? Pada saat rambut tak lagi hitam, makanan tak lagi mampu kita nikmati kelezatannya secara maksimal, yang tersisa hanya percakapan ringan dan hangat dalam tatapan mata dan sentuhan penuh kasih.
Saya termasuk model perempuan kuno yang beranggapan kalau laki-laki harus kuat, harus lebih kuat dari saya. Sebagai imam dalam keluarga kami kelak, dan juga sebagai panutan dan pegangan hidup saya nanti. Seperti saya bilang, hidup tidak selalu mudah, jadi kalau laki-laki saya nanti gampang menyerah, gampang terluka dan gampangan menghadapi hidup, rasanya berat buat saya melihat masa depan bersamanya.
Terlepas dari masalah kehidupan, saya seringkali juga bukan perempuan yang mudah dihadapi. Jadi saya harus yakin betul bahwa dia yakin bahwa tidak salah memilih saya, yang dengan demikian harus mampu meyakinkan saya bahwa dia sungguh-sungguh. Saya butuh diyakinkan, entah bagaimana caranya.

Seorang teman pernah bercerita, bahwa pertengkaran terburuk mereka diakhiri dengan aksi saling menyakiti secara fisik. Saya ingat betul kalimatnya, "kalau di film atau cerita teman-teman lain, kalau kita pukul dia, harusnya dia peluk kita kuat-kuat kan? Bukan malah balas memukul..."

Seorang teman lainnya memilih pergi, dan berharap laki-laki tersebut datang menjemputnya dengan cinta dan harapan bahwa semua akan baik-baik saja. Sayangnya sang laki-laki memang datang, tapi tidak untuk menjemput...

Mungkin walaupun segala kisah cinta didunia ditelaah dan disimpulkan, tidak akan mampu menerjemahkan seperti apakah berjuang untuk cinta. Terlalu banyak kisah, terlalu banyak hati dan pikir. Tidak akan pernah mampu menjadi sebuah rumusan baku sebagai pegangan para pencinta.

... I want you to fight for me

Dan pada akhirnya, yang tinggal adalah memang milik kita.
Saat rahasia itu terjawab, bersama nyaman dan bahagia. Semoga selamanya.

Thursday, September 5, 2013

Between a hi and a delete button

Life is a one long and mysterious path, full of secret doors and hidden trap, though you can always find rainbow and fireworks at each and every turn.
Some people made promises, based on hope and faith that the world might turn, but some things could stay the same. Regardless of the truly existance of evolution. Some people believe, and choose to ignore the fact because it's just too much to handle.

Some facts are better left unspoken, hidden and ignored.
It will never be easy for people to stand brave admitting their own weaknesses, their own pain and scars, their own anger and revenge. Some people might be as naive as possible, so the world could stay colourfull and peacefull.

The fact that not everybody is happy seeing other people's happiness just struck into my head.
The line, "their happiness is just too much to bear", never occured to me to be a real thing. To be one of the reasons for things to change.

Indeed you cannot pleased everyone...

The through all those downs was never a guarantee of people staying together. The being there was never counted. The pain and dissapointment erased all goodness. Ironic, but somehow true.

Maybe the reason is simply that people move on to different direction, maybe...
Maybe the reason is just there was never be one, never be us...
Maybe there was never a reason at all, for things never happened...

The hope is still there, for friendship to last against all odds.

But the day I said hi, turned out to be the trigger of your clicking the delete button.

Then maybe, just maybe...
Somewhere in the future...

Do take care, wherever you are...
Wish you happiness always...