Thursday, February 23, 2012

semoga saja...

Setiap kali melihat dan mendengar sirene mobil pemadam kebakaran dan ambulans, hati saya ngilu. Dan selalunya seperti paket beli satu dapat satu, sebaris harap meluncur di hati, yang kemudian di aamiin-i dengan segenap jiwa.

Ya Allah,
Semoga jalanan cukup lancar dan membiarkan mereka lewat,
Semoga tidak ada korban jiwa dalam kebakaran disana,
Semoga masih ada rumah dan barang yang masih dapat diselamatkan,
Semoga pesakit yang tergeletak dalam ambulans tidak sedang bertarung dengan maut dalam setiap detik yang berjalan,

Ketidakmampuan untuk berbuat sesuatu selalu meninggalkan kepedihan dan sesal.

Semoga kita dan mereka tercinta tidak akan pernah harus berada di dalam ambulans yang meraung mengiba memohon sejengkal aspal untuk melaju menjauhi nafas terakhir...
Semga kita dan mereka tercinta tidak harus berada di hadapan bangunan terbakar dalam tangis dan getir jiwa mengharap kedatangan mobil pemadam kebakaran yang melintang terjebak ditengah jutaan mesin besi yang tak kenal ampun...

...suatu sore bersama raungan ambulans dalam kemacetan ibukota...

betapa sesungguhnya...

Betapa sesungguhnya bahagia itu sederhana,
Betapa sesungguhnya kita ini sederhana,
Betapa hidup sesungguhnya sederhana...

Sampai saat ini, belum mampu dipahami oleh otak sederhana saya, pentingnya sebuah barang berlogo tertentu, dengan harga lebih dari standar belanjaan saya. Kalau mau, sebetulnya sih bisa saja saya angkut barang itu dan kemudian antri manis di kasir. Tinggal gesek kartu kredit atau kartu debet, selesai deh.
Tapi untuk apa? Itu yang sampai saat ini sungguh tidak mampu saya cerna sempurna.
Saya (baca: kami) masih tetap lebih bersemangat untuk berburu barang bekas di sebuah sisi ibukota sana. Toh kami tetap terlihat keren tanpa harus berkemasan mahal bermerk.

Ada yang bilang, your smile is your make up....
Ketulusan hati, kebesaran jiwa, keikhlasan diri, belakangan sering terlupakan oleh kita yang semakin hari semakin mendewakan materi. Mungkin sebagian besar dari kita dengan tidak sadar bersembunyi dibalik gemerlap price tag yang menyelubungi fisik kita. Menyembunyikan bentang luka dan dendam masa lalu, menyembunyikan kerdil hati dan ketakutan jiwa, menyembunyikan sunyi batin dan segala kebenaran keutuhan diri.
Dan kemudian hidup pun tidak lagi sederhana.

Sederhana adalah menjadi diri sendiri dengan tenang bebas dan bahagia.
Karena kebohongan hanya akan mematikan jiwa dan rasa...

Sederhana adalah mampu menikmati dan mensyukuri setiap kepulan panas kopi dalam cangkir sederhana tanpa merk.
Karena kepura-puraan hanya akan membiaskan nikmat...

Sederhana adalah mampu menertawakan kebodohan dan kesialan diri sendiri,
Sederhana adalah mampu mengakui kesalahan diri sendiri dan tidak menyalahkan siapapun apapun,
Sederhana adalah mampu berdamai dengan diri sendiri dan memaafkan diri sendiri...

Betapa sesungguhnya segala hal itu sederhana adanya....

Tuesday, February 7, 2012