Monday, February 28, 2011

Seru, bukan bahagia... (?)

Dan kegalauan ini mulai menggangguku. Keberadaan kamu mulai menggangguku. Segalanya tentang kamu mulai menggangguku.
Dan seperti apa adanya aku, pergi menjauh selalu lebih nyaman dan menenangkan.
Sungguh, memilih selalu membuat kita lebih kuat. Karena entah kenapa, dipilih menyisakan sesak.
Kali ini aku memilih, untuk membiarkan kamu dan duniamu. Rasanya sudah tidak lagi seru bersamamu sore ini. Sudah waktunya pergi.
Kamu tidak lagi seru, atau aku tidak lagi mampu menikmatinya dengan tenang?
Entah.
Tapi ada yang salah dari kita, walau telah berulang ku pikir dan tak mampu temukan jawab.
Rasa yang hadir itu seru, bukan bahagia.
Kenapa?
Lagi-lagi pertanyaan yang tak mampu ku jawab.
Sungguh, akan ku biarkan kamu pergi, atau diam, atau apapun yang akan kau buat.
Sampai waktunya seru dan bahagia akan menjadi terang.

Fatamorgana

kamu tau apa itu fatamorgana?
seperti pelaut yang merindu daratan, tampak di pelupuk matanyalah sebentuk pulau...
seperti musafir di gurun pasir yang merindu air, muncul di hadapannyalah oase...

dan apakah kamu fatamorgana?
hadir pada mata yang merindu ada
hadir pada kata yang mengucap rindu
hadir pada harap

sekuat pikir ku yakinkan kamu nyata, sekuat rasa kuyakinkan kamu ada
tak pernah mampu ku sentuh
tak pernah tiba adaku padamu

rasa dan pikir telah membutakan,
atau aku yang terbutakan...
kamu
fatamorgana

Sunday, February 27, 2011

Menulis Cinta

: Sitok Srengenge

Kauminta aku menulis cinta....
Aku tak tahu huruf apa yang pertama dan
seterusnya......
Ku bolak - balik seluruh abjad....
Kata - kata cacat yang kudapat.....

Jangan lagi minta aku menulis cinta.
Huruf - hurufku, kau tahu,
bahkan tak cukup untuk namamu

Sebab cinta adalah kau,yang tak mampu kusebut
kecuali dengan denyut.....

sapa cinta, pagi

terbangunku pada pagi
bersama bisik rintik hujan
menelan embun dan terbit mentari
mengoyak kantuk

ahhhh sungguh cinta telah hadir
duduk manis di sudut hati
menanti bersabar
dalam senyum tanpa cakap

tanpa harap kali ini
ku nikmati saja setiap adamu
seperti bumi mencinta hujan
setiap tetes menghapus dahaga

bersama cinta
bersama pagi
dan juga hujan

selamat pagi kamu...

Friday, February 25, 2011

Apakah Kamu

apakah kamu
hadir dalam setiap kelebat angan
diam dalam pandang
mengalir dalam darah

apakah kamu
begitu dekat dalam ada
tanpa nyata dalam genggam
tertinggal

apakah kamu...(?)

Sunday, February 6, 2011

Severn Suzuki's 1992 Speech at the Earth Summit / Amazing speech !!



Severn Suzuki's Earth Summit 1992 Speech

TRANSCRIPT OF THE SPEECH

“Hello, I’m Severn Suzuki speaking for E.C.O. – The Environmental Children’s Organisation. We are a group of twelve and thirteen-year-olds from Canada trying to make a difference: Vanessa Suttie, Morgan Geisler, Michelle Quigg and me. We raised all the money ourselves to come five thousand miles to tell you adults you must change your ways. Coming here today, I have no hidden agenda. I am fighting for my future. Losing my future is not like losing an election or a few points on the stock market. I am here to speak for all generations to come.

I am here to speak on behalf of the starving children around the world whose cries go unheard.

I am here to speak for the countless animals dying across this planet because they have nowhere left to go. We cannot afford to be not heard.

I am afraid to go out in the sun now because of the holes in the ozone. I am afraid to breathe the air because I don’t know what chemicals are in it.

I used to go fishing in Vancouver with my dad until just a few years ago we found the fish full of cancers. And now we hear about animals and plants going extinct every day “” vanishing forever.

In my life, I have dreamt of seeing the great herds of wild animals, jungles and rainforests full of birds and butterflies, but now I wonder if they will even exist for my children to see.

Did you have to worry about these little things when you were my age?

All this is happening before our eyes and yet we act as if we have all the time we want and all the solutions. I’m only a child and I don’t have all the solutions, but I want you to realise, neither do you!

1. You don’t know how to fix the holes in our ozone layer.
2. You don’t know how to bring salmon back up a dead stream.
3. You don’t know how to bring back an animal now extinct.
4. And you can’t bring back forests that once grew where there is now desert.

If you don’t know how to fix it, please stop breaking it!

Here, you may be delegates of your governments, business people, organisers, reporters or politicians – but really you are mothers and fathers, brothers and sister, aunts and uncles – and all of you are somebody’s child.

I’m only a child yet I know we are all part of a family, five billion strong, in fact, 30 million species strong and we all share the same air, water and soil “” borders and governments will never change that.

I’m only a child yet I know we are all in this together and should act as one single world towards one single goal.

In my anger, I am not blind, and in my fear, I am not afraid to tell the world how I feel.

In my country, we make so much waste, we buy and throw away, buy and throw away, and yet northern countries will not share with the needy. Even when we have more than enough, we are afraid to lose some of our wealth, afraid to share.

In Canada, we live the privileged life, with plenty of food, water and shelter “” we have watches, bicycles, computers and television sets.

Two days ago here in Brazil, we were shocked when we spent some time with some children living on the streets. And this is what one child told us: “I wish I was rich and if I were, I would give all the street children food, clothes, medicine, shelter and love and affection.”

If a child on the street who has nothing, is willing to share, why are we who have everything still so greedy?

I can’t stop thinking that these children are my age, that it makes a tremendous difference where you are born, that I could be one of those children living in the Favellas of Rio; I could be a child starving in Somalia; a victim of war in the Middle East or a beggar in India.

I’m only a child yet I know if all the money spent on war was spent on ending poverty and finding environmental answers, what a wonderful place this earth would be!

At school, even in kindergarten, you teach us to behave in the world. You teach us:

1. not to fight with others,
2. to work things out,
3. to respect others,
4. to clean up our mess,
5. not to hurt other creatures,
6. to share – not be greedy.

Then why do you go out and do the things you tell us not to do?

Do not forget why you’re attending these conferences, who you’re doing this for “” we are your own children. You are deciding what kind of world we will grow up in. Parents should be able to comfort their children by saying “everything going to be alright”, “we’re doing the best we can” and “it’s not the end of the world”.

But I don’t think you can say that to us anymore. Are we even on your list of priorities? My father always says “You are what you do, not what you say.”

Well, what you do makes me cry at night. You grown ups say you love us. I challenge you, please make your actions reflect your words. Thank you.”

The text was copied from here.

Imlek 2011

Hari libur perayaan Imlek kemarin, saya dan beberapa teman merencanakan untuk pergi ke daerah pecinan untuk berburu gambar bagus. Sekalian, saya yang lahir dan besar di Jakarta belum pernah ke daerah itu, terlebih melihat langsung perayaan tahun baru Imlek.

Memasuki pelataran vihara dan melihat beberapa orang melakukan ritual sembahyang dengan dupa dan segala pernak pernik khas oriental, senyum langsung tersungging di bibir saya. Wah, ini pasti akan jadi hari yang seru. Demikian saya membatin.

Dengan kamera di tangan, kami memasuki bagian dalam vihara. Asap dupa menusuk mata, memburamkan pandang, pedih. Bau dupa yang menyedak penciuman pun langsung menyerbu.

Rasa tidak nyaman mulai hadir dalam benak, semakin lama semakin kuat. Seolah saya adalah bagian 'pengganggu' kekhusyukan ibadah mereka, dengan mengarahkan lensa kamera dan mencuri momen penting komunikasi antara manusia dan Sang Pencipta. Membayangkan saya sedang beribadah, menghadap Yang Maha Kuasa dengan banyak mata terarah pada mata saya yang terkatup rapat dan mengucap doa serta rasa syukur.

Ibadah adalah waktu paling khusus dalam hidup, sakral hukumnya untuk saya. Waktu paling berharga untuk berkomunikasi mengungkap segala rahasia yang tersimpan rapat dalam celah diri dan hati, kepada Yang Maha Kuasa. Berapa banyak waktu itu mampu kita nikmati, resapi kedalaman maknanya...

Sungguh, dari hati paling dalam, saya haturkan maaf sebesar-besarnya apabila kesakralan itu telah terganggu. Dan tentu, terima kasih telah membukakan pintu seluasnya bagi kami para penikmat budaya.

Selamat Tahun Baru Imlek 2011

aku, dan hujan

kenapa aku cinta hujan,
pertanyaan itu terlontar darimu
pada sebuah hari mendung

kalimat itu pun berulang
dalam diri

k.e.n.a.p.a

karena hujan itu cantik
sebuah proses pengulangan yang menakjubkan
melibatkan begitu banyak unsur
untuk terlibat dan mewujud

karena hujan membuat bumi indah
bersama tanah yang membasah mewangi
dedaunan bermandikan titik air
genangan air memantulkan bayang

karena hujan membawa kenangan
akan mereka yang hadir satu-satu
bukan satu kamu, bukan satu dia

karena hujan membawa harapan
akan damai
akan cinta
akan adanya harapan

seperti titik air yang tergantung di sudut daun
menawarkan bumi pada indah pantulannya
menanti waktu untuk bersatu dengan bumi

segalanya indah, pada waktunya

Wednesday, February 2, 2011

truthful

Free yourself
Don't hide
Don't lie

Because you might face a moment
Where hide is the only option
Where lie is your only escape

Tuesday, February 1, 2011

Komodo - New 7 Wonders

Baru saja beredar kabar bahwa komodo ditangguhkan/dieliminasi sebagai finalis 7 keajaiban dunia terbaru. Sebagian hati saya bersorak gembira, karena itu berarti Taman Nasional Komodo masih akan punya waktu untuk berumur panjang sebagai alam yang cantik, alami dan bersih. Sebagian lagi berduka, karena itu berarti semakin kecil kemungkinan peningkatan taraf hidup para jagawana di sana.

Jauh sebelum kunjungan saya ke Taman Nasional Komodo bulan Mei 2010 lalu, saya telah jatuh hati pada komodo dan taman nasionalnya. Dengan keyakinan penuh, bahwa suatu hari nanti, saya akan dapat menginjakkan kaki disana.

Sungguh kenyataan jauh lebih cantik dari yang saya bayangkan. Laut, langit biru cemerlang, langit malam penuh bintang, sunset dan sunrise yang luar biasa cantik, pemandangan indah dan tentu saja, komodo. Saya tidak mampu menemukan kata yang cukup menggambarkan rasa yang menyelimuti hati ketika tiba dan melihat secara langsung komodo di habitat aslinya. Takjub saja sepertinya tidak cukup mewakili.

Tidak sedikit yang menganggap obsesi saya untuk mengunjungi TN Komodo ini aneh dan tidak masuk akal. Bahwa komodo bukanlah hewan lucu yang bisa kita ajak main, bahwa komodo adalah binatang buas pemakan daging dan bahwa biaya yang dihabiskan untuk berkunjung kesana mungkin bisa dipakai keliling Asia. Dan berbagai macam pertanyaan serta komentar serupa yang nyelonong keluar masuk telinga saya dengan bebas merdeka.

Apakah saya peduli? Apakah saya kemudian mengurungkan niat dan menyesal telah pergi ke TN Komodo?
Tidak ada penyesalan terbersit sedikit pun di benak saya. Rasa syukur teramat dalam yang berulang saya ucap dalam hati menyusuri setiap detik yang terjadi. Sungguh Tuhan Maha Pencipta, telah demikian kuasa mengukir alam dengan sempurna dan mencipta para makhluk yang begitu menakjubkan.

Satu hal ironis yang kerap meninggalkan rasa tak nyaman di hati saya adalah, melihat para jagawana, yang hidup sederhana penuh dedikasi. Bayangkan berapa biaya yang kita keluarkan untuk dapat berkunjung kesana, dan kemudian melihat besaran biaya tiket masuk ke taman nasional ataupun tempat wisata lainnya. Entah bagaimana biaya tersebut bisa mencukupi kebutuhan dan kehidupan sebuah taman nasional. This is truly beyond me... Wajah tersenyum mereka menyambut kami para pendatang, menyusuri rute yang demikian akrab dengan langkah tegap dan mata awas mereka, mengulang cerita yang sama, berbagi tawa dan senda gurau. Sebuah pelajaran berharga untuk kembali mengingatkan diri agar selalu mensyukuri setiap nikmat kehidupan.

Apapun nanti hasil dari New 7 Wonders, saya hanya berharap akan semakin banyak mereka yang datang untuk menghargai dan menjaga sebuah maha karya Sang Pencipta dan menghargai bakti anak negeri yang menjaga ciptaan-Nya dengan penuh cinta dan kesederhanaan.

Just The Way You Are - Bruno Mars

Oh her eyes her eyes
Make the stars look like they're not shining
Her hair her hair
Falls perfectly without her trying

She's so beautiful
And I tell her every day

Yeah I know I know
When I compliment her
She won't believe me
And it's so, it's so
Sad to think that she don't see what I see

But every time she asks me "Do I look okay?"
I'll say

When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
Cause girl you're amazing
Just the way you are

Yeah her lips her lips
I could kiss them all day if she'd let me
Her laugh her laugh
She hates but I think it's so sexy
She's so beautiful
And I tell her everyday

Oh you know you know you know
I never ask you to change
If perfect's what you're searching for
Then just stay the same

So, don't even bother asking
If you look okay
You know I'll say

When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
Cause girl you're amazing
Just the way you are

The way you are
The way you are
Girl you're amazing
Just the way you are

When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
Cause girl you're amazing
Just the way you are

Yea-eah.

#love the song so beary much!