Hari libur perayaan Imlek kemarin, saya dan beberapa teman merencanakan untuk pergi ke daerah pecinan untuk berburu gambar bagus. Sekalian, saya yang lahir dan besar di Jakarta belum pernah ke daerah itu, terlebih melihat langsung perayaan tahun baru Imlek.
Memasuki pelataran vihara dan melihat beberapa orang melakukan ritual sembahyang dengan dupa dan segala pernak pernik khas oriental, senyum langsung tersungging di bibir saya. Wah, ini pasti akan jadi hari yang seru. Demikian saya membatin.
Dengan kamera di tangan, kami memasuki bagian dalam vihara. Asap dupa menusuk mata, memburamkan pandang, pedih. Bau dupa yang menyedak penciuman pun langsung menyerbu.
Rasa tidak nyaman mulai hadir dalam benak, semakin lama semakin kuat. Seolah saya adalah bagian 'pengganggu' kekhusyukan ibadah mereka, dengan mengarahkan lensa kamera dan mencuri momen penting komunikasi antara manusia dan Sang Pencipta. Membayangkan saya sedang beribadah, menghadap Yang Maha Kuasa dengan banyak mata terarah pada mata saya yang terkatup rapat dan mengucap doa serta rasa syukur.
Ibadah adalah waktu paling khusus dalam hidup, sakral hukumnya untuk saya. Waktu paling berharga untuk berkomunikasi mengungkap segala rahasia yang tersimpan rapat dalam celah diri dan hati, kepada Yang Maha Kuasa. Berapa banyak waktu itu mampu kita nikmati, resapi kedalaman maknanya...
Sungguh, dari hati paling dalam, saya haturkan maaf sebesar-besarnya apabila kesakralan itu telah terganggu. Dan tentu, terima kasih telah membukakan pintu seluasnya bagi kami para penikmat budaya.
Selamat Tahun Baru Imlek 2011
No comments:
Post a Comment