Thursday, December 30, 2010

Perempuan dan Pernikahan

Menyusul tulisan sebelumnya, kali ini saya mau membahas soal paradigma perempuan dan pernikahan.

Diantara begitu banyak larangan atau biasa disebut 'pamali', ada beberapa hal yang seringkali mengganggu tatanan pola pikir perempuan. Seperti hadirnya tokoh boneka Barbie yang seolah mendoktrin perempuan di muka bumi untuk memiliki tubuh kecil mungil sempurna. Yang kemudian di'sempurnakan' dengan hadirnya tokoh bertubuh serupa dengan kulit berbeda warna dan rambut berbeda tekstur.

Belum lagi kisah putri yang dengan mudahnya bertemu seorang pangeran, jatuh cinta dan hidup bahagia selama-lamanya. Cerita selalu berakhir disana. Pernah ga sih kamu kepikiran kenapa cerita berakhir disana?

Hampir selalu yang dilakukan manusia, dianggap untuk menarik perhatian lawan jenis.
"Rambutnya dirapikan dong, berantakan gitu siapa yang mau?"
"Ayo bangun, perawan kok bangun siang, nanti jodohnya jauh..."
"Ihh kok makannya banyak, nanti kalau gendut ga cantik loh..."
Dan sejuta macam kalimat lainnya.

Kita belajar karena ingin pintar, kita bersolek karena ingin tampak cantik, kita melakukan ini dan itu untuk kesenangan dan kepuasan diri sendiri. Kalau kemudian orang lain turut bangga, atau kemudian tampak menarik bagi lawan jenis, keduanya adalah bonus dari kesuksesan kita melakukan semua dengan baik.

Ketika seorang teman melakukan perubahan atas diri dan kehidupannya, hampir dapat dipastikan semua orang akan berusaha mencari tau, siapa seseorang yang ada dalam pikirannya, sampai teman tersebut melakukan hal yang terlihat tidak biasa.

Apakah harus selalu kehidupan kita dikaitkan dengan urusan mencari jodoh?

Seorang teman saya berkomentar, "Semoga orang bisa pakai internet dan bisa berpikir out of the box. Jangan cuma bisa punya paspor tapi pola pikir masih dalam kurungan ayam".

Manusia sudah sampai bulan, galaxi lain sudah mulai diperbincangkan, sementara kita masih sibuk membahas keterkaitan segala yang dilakukan dengan jodoh dan pernikahan.

Saya yakin, masih jauh lebih banyak manusia yang percaya dan mencari jodohnya masing-masing, ketimbang mereka yang memilih untuk menjalani kehidupan sendiri. Tetapi kehidupan dan dunia ini sungguh sangat luas dan tidak berbatas pada hubungan laki-laki dan perempuan, percintaan dan perjodohan.

Cinta, adalah sebuah bahasa, sebuah alat dan sebuah segalanya yang bersifat universal. Kenapa kemudian manusia membuatnya menjadi sesuatu yang demikian rumit, dengan memberinya nama dan meletakkan dalam kotak yang berbeda-beda.

Entah siapa yang lebih beruntung, karena hidup berputar. Bagi mereka yang menjalani, mungkin terasa sebagai sebuah kekurangan. Tetapi bagi mereka yang melihat, bisa jadi terasa seperti sebuah keberuntungan. Demikian juga sebaliknya.

Rasanya cocok kalau saya mengutip pesan seorang bos saya, ketika saya berpamitan akan kembali ke Jakarta, suatu hari lalu; "Jangan merendahkan diri demi seorang laki-laki dan pernikahan, karena yang terbaik akan membawa segala hal terbaik dari diri kamu".

Memasak dan Resolusi 2011

Pagi ini saya mencetuskan ide untuk menjadikan memasak sebagai salah satu resolusi 2011. Dan lucunya, komentar yang muncul sebagian besar mengaitkan rencana ini dengan akan hadirnya sebuah acara besar berundangan.

Pernah beberapa waktu lalu, saya sempat dekat dengan seseorang. Dia tidak menuntut saya untuk bisa memasak, dan dia sendiripun cukup piawai di dapur. Tapi satu kalimatnya yang cukup melekat di ingatan saya adalah, "Gapapa kamu ga bisa masak sekarang, nanti lama-lama juga tertarik dan bisa". Wihhh rasanya saya yang pengen pop the question; will you merry me?...

Ada satu lagi, dulu, lama sekali. Dirumah gada orang, betul-betul hanya saya sendirian. Dia tau betul saya bukan perempuan dapur. Jadi sore itu dia telpon, tanya apakah saya sudah makan atau belum. Tentu saja saya belum makan. Ga lama setelah itu, bel rumah saya bunyi. Yup, dia yang datang. Datang dan langsung nyelonong ke dapur, longok-longok kulkas, dan masak. Sederhana aja, dia masakin saya nasi goreng dan telur ceplok. Nemenin saya makan dan ngobrol, terus pulang. Sampai sekarang, melihat apa yang sudah kejadian diantara kita, saya ga habis pikir kenapa kita ga nemu jalan buat bisa sama-sama.

Well anyway...

Saya memang tidak pernah di ajak untuk terlibat di dapur, salah satu sebab utama mungkin karena ibu saya pun tidak suka pekerjaan di dapur. Tapi beberapa tahun belakangan, saya mulai tertarik untuk bisa memasak. Dengan rasa gengsi yang betul-betul memenuhi hati dan menghalangi niat saya.

Malas untuk memulai suatu hal baru yang kemudian menimbulkan komentar dan rasa takjub karena saya tiba-tiba melakukan sesuatu yang memang bukan saya.

Saya mulai tertarik untuk belajar memasak, alasannya sederhana dan sama sekali tidak berhubungan dengan siapapun dan apapun. Hanya karena saya tau kalau suatu hari nanti, saya tidak bisa mengandalkan orang lain untuk mengatasi rasa lapar dan berisiknya naga-naga dalam perut saya. Sesederhana itu.

Mengganggu sekali membaca komentar kebanyakan orang yang mengaitkan keinginan belajar memasak dengan sebuah pernikahan. Kalau syarat menikah itu lebih kepada sebuah kemampuan memasak dan piawai di dapur, saya pasti gakan jadi perempuan yang berdiri paling depan untuk sebuah pernikahan.

Perempuan harus bisa memasak, menjahit, bisa urus suami dan ini dan itu. Kenapa banyak kalimat harus itu diawali dengan gender perempuan? Kenapa bukan sebaliknya? Atau lebih bagus lagi kalau tidak perlu ada semua aturan itu, karena manusia hidup untuk belajar menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang mengerti kodrat dan tanggungjawabnya.

Apakah kemudian, memasak dan tinggal di rumah adalah kodrat perempuan? Sekali lagi, saya percaya kodrat manusia tidak terbatas gender. Pemikiran berkembang, setiap manusia punya peran masing-masing yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.

Selesai.

Kodrat, perempuan, memasak, tidak harus berada dalam satu kalimat.
Seperti juga memasak, saya dan undangan. Tidak harus berbaris sejajar.

Wednesday, December 29, 2010

#GarudaFightsBack

dan sungguh,
hatiku telah kau curi sejak beberapa waktu lalu
merah darahku menggelegak
atas nama Indonesia

biarkan beban itu bersama kita pikul
tak tampakkah olehmu merah menghias penjuru negeri
menggenggam tanganmu bersama memasuki laga malam nanti
bersisian denganmu di lapangan hijau

hatiku bergetar bersama gemuruh teriakan
Garuda di dadaku

berlarilah, tunjukkan tarian terbaikmu
karena cinta, akan mampu bersama dalam satu nama negeri
I N D O N E S I A

...teriring lagu 'Tanah Air, Ibu Soed'

Tuesday, December 28, 2010

Aku mau melihat dunia!

Mereka bilang, semakin tinggi pohon, hantaman angin akan semakin kuat. Tentunya aku, masihlah jauh dari ketinggian. Jemariku masih mampu menggapai bumi tanpa menundukkan badan. Pijak kakiku masih berjejak pada tanah basah.

Liukan pohon terasa menggoda, memanggilku untuk hadir dan menari bersama. Pandang raguku tak sejalan dengan desiran darah yang memompa jantung, berdentum kuat. Suara kecil dalam benak berbisik pelan, "Kamu lihat betapa kokoh batang pohon itu? Lihat betapa tinggi menyongsong langit? Tentu dari sana kamu akan dapat melihat dunia, ya dunia...".

Melihat dunia...

Kaki kecilku bergegas pergi, bersama seru nyaringku, "Aku mau melihat dunia!".

Ku dongakkan kepala memandang langit, seolah otak kecilku mampu mengukur ketinggian pohon besar berumur (mungkin) ratusan tahun. Lengan kananku terjulur, menggapai dahan terendah dan perlahan meniti jalanku menuju langit.

Berulang kali aku terduduk putus asa, karena hilang napas dan terjatuh. Goresan merah mulai nampak di sekujur tubuh, beberapa nampak mengeluarkan darah. Perih.

Ku bayangkan lagi pemandangan itu, dunia. Ada laut, gunung, danau, candi, gedung bertingkat, jembatan... Semangatku pun bangkit. Ku sibakkan dedaunan yang menghalangi langkah, ku pijak lengan-lengan kokoh pohon, terus naik dan naik lebih tinggi. Beberapa sarang burung membuatku menghentikan langkah, melongok sejenak dalam rumah kecil dan menikmati panggilan anak-anak burung kepada induknya.

Semakin tinggi, lengan-lengan pohon tempatku berpijak semakin kecil dan tampak ringkih. Sekali lagi ku tengadahkan wajah, mengukur langkah.

Dan kemudian disinilah aku.
Di dahan tertinggi pohon dan melihat dunia.

Rasa bangga dan takjub hadir bagai air bah, menerobos deras, meluruhkan dua aliran sungai kecil dipipi.

Tuhan,
Sungguh aku mengerti nikmat melihat dunia
Sungguh aku mengerti betapa banyak darah tertumpah dan airmata menetes demi sebuah dunia yang di damba
Dan pada akhirnya pun mengerti jika kemudian, banyak mereka lupa

Dunia membuat mereka lupa

Tuhan,
Seandainya memang Kau ijinkan ku melihat dunia
Tolong jaga hatiku untuk tetap mampu memijak bumi

Dan Tuhan,
Sungguh
Terima kasih, terima kasih banyak

Dan perlahan, aku melangkah turun. Menggenggam dunia dalam hatiku.

Monday, December 27, 2010

woy!

kata hadir bertubi
bagai butir hujan berlomba mencapai bumi

anganku
jiwaku

melayang

*tutupmuka,tutupmata*

semesta bercinta

dan kemudian cinta hadir
jangan tanya kapan, atau kenapa
cinta bukan sebuah proses pikir

cinta bukan logika
bahkan manusia terpandai di muka bumi pun akan tampak bodoh dalam urusan cinta

ketika ada jeda
ketika lidah begitu kelu
saat diri terselubung rasa maha dahsyat

dan dunia pun seolah sunyi dan henti
terpaku pada satu poros

terang gelap tak lagi penting
selama hangat tubuhnya hadir
bersama hangat hembusan nafas
teriring detak halus dalam dada

kadang kata hilang arti
karena mata telah menyisipkan berjuta pesan
menggema memenuhi semesta diri
tenggelam dalam rasa

sungguh
ingin ku hentikan (lagi) waktu

pada suatu ketika di hari itu
saat segala kita
menyatu bersama semesta

hope

you can easily tell
when your hope shattered to pieces
hear it loudly cracked and fell to the marble floor

hope,
just like a fragile crystal glass

you can hold it gently
even see thru it

yet it can easily broke
for no definite reasons

Wednesday, December 22, 2010

imagine

Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today...

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace...

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world...

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one


Bagai gema, lagu itu berulang dalam kepalaku.

Kenapa harus banyak pertanyaan dan tembok yang kokoh berdiri di hadapan, saat sebuah perbedaan muncul? Dunia telah hadir demikian sempurna, menyediakan satu sisi dan sisi lain sebagai sebuah proses kebalikan. Dengan bijaksananya, memberi kesempatan kedua proses tersebut bergantian datang dan pergi.

Saya dan kamu, tidak harus selalu sepakat pada suatu hal.
Kita, tidak harus selalu satu warna.

Sebuah taman tampak indah karena hadirnya beragam warna dan berjuta bentuk, berpadu sempurna dalam perbedaan. Kenapa manusia, yang terlahir dengan akal pikiran seringkali tidak mampu hadir dan berjiwa besar dalam perbedaan?

Inginku mungkin terlalu luar biasa, tapi sungguh, perbedaan akan selalu hadir, kemanapun langkah membawamu. Yang perlu kamu lakukan, hanya menerima adanya perbedaan. Dan segalanya akan berjalan indah...

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one

Tuesday, December 21, 2010

angels and demons

don't get me wrong
i might look harmless or silly
but ever wonder that i might be a better pretender than you are?

i could be an angel
i could even be the demon you never wished of knowing

treat me right
and i will do you right

the joker is in your hand, play it wise...

Monday, December 20, 2010

Dunia Fantasi

Lucu, sungguh...

Demikian tipis batasan antara obsesi, penasaran dan jatuhcinta
Demikian tipis batasan antara benci dan iri hati

Untuk apa membuang waktu membenci sesuatu
Seperti lagu yang terngiang di kepala tanpa kita inginkan, hanya karena kita sangat tidak menyukainya
Perhatikan betapa kemudian setiap sudut dan bibir melantunkan lagu tersebut
Seolah memang hanya untuk kita

Dan semesta pun bersekutu
Bersama manusia yang tak pernah jera berkelit
Dari jejaring kasat mata penahan langkah

Monday, December 13, 2010

d r o w n

really think I should move on
this anger has started to return periodically

let the angels and best of luck be on my side...

a journey to the past

A friend's wedding was held yesterday, brought few of us gathered celebrating the happy day. Among those are one who once shared his feeling for me.

I could not help not to feel awkward on our first meeting, the last one was years ago on his wedding. Noticed that he too, feeling hesitated.

Looking back to those days, how I made silly and self centered decisions. Not proud of myself on this particular period. Life was ever so fun, careless and totally carefree. Nothing can stop us at anything. Love was off course on the agenda, but never a priority.

Walking back on those path, realizing how my world was focused on myself. To do everything I pleased, to have all the fun the world has to offered, carelessly hurt people's feeling on my way through. Somehow it felt like a price to pay.

I have regrets, even pains that many times been put aside unnoticed.

If you love someone you say it, you say it right then, out loud, or the moment just... passes you by. - my best friend's wedding -

The moment just passes you by...
How deep it struck, like a lighting to a vast empty ground. Stomp your head and make the world turning of blood rush.

Some things are just meant to be, leave it...
Some things are better forgotten, walk away...
Some things are never forgiven, learn from it...

Saturday, December 11, 2010

penawar dendam

Banyak hal yang seringkali lebih baik tidak diungkapkan. Untuk apa?
Pemuasan emosi sesaat yang kemudian hari mungkin kita sesali...?
Sekedar menunjukkan pendapat kita agar tampak punya harga diri dan tidak bodoh...?

Sejuta alasan akan mampu hadir sebagai pembenaran.
Tapi kali ini (seperti berulang kali sebelumnya), atas nama persahabatan, saya tidak akan berkomentar. Cukup untuk mengetahui pandangan seseorang akan hidup pada umumnya, dan pada saya secara lebih khusus.

Sungguh, hidup kita tidak selalu benar. Akan selalu ada pihak yang mendorong wajah kita untuk tampil dipermukaan sekedar untuk menyembunyikan wajahnya. Mentertawakan luka dan hidup orang lain tentu saja jauh lebih mudah daripada mentertawakan diri sendiri.

Saya telah belajar untuk mampu mentertawakan kebodohan, kemarahan dan kesalahan yang hadir mewarnai hidup saya. Manusia boleh melakukan kesalahan dan terbentur kegagalan, karena manusia tidak diciptakan sempurna. Tetapi adalah membuang kehidupan untuk melakukan kesalahan dan kebodohan berulang, karena manusia memiliki berkah kepandaian dan kemampuan untuk belajar.

Kalau kemudian banyak orang yang menjadi lebih dari orang lain, nikmatilah. Karena akan ada banyak orang lain yang entah apapun alasannya, menganggap hidup kita tetap lebih baik daripada dirinya. Biarkan saja, tidak rugi membuat orang lain hidup dalam kebahagiaan yang diciptakannya sendiri di atas sebuah angan dan khayal, maupun nyata yang terhampar dalam dimensi yang beragam.

Kenikmatan dan kelebihan bukan alat penawar dendam teman.
Mereka hadir sebagai nikmat, agar rasa syukur dan pemahaman lebih luas hadir dalam hati. Untuk kemudian membijaksanakan hati dan mendewasakan langkah.

Dunia berputar, dan tidak satupun ciptaan adalah abadi.

aku bukan awan

Sabtu pagi hujan
Entah bagaimana hujan selalu menghadirkan berderet khayal yang menggerakkan jemari menyusun kata
Harum tanah basah yang menggelitik lembut
Bagai detoksifikasi paru yang membuncah rasa
Titik air membulat menanti detik bergulir
Cantik, bagai kaca pembesar
Memantul angan, indah
Kaki berjinjit menghindar genangan air
Sementara wajah tengadah menantang butiran hujan
Aku tidak berharap jadi butir hujan
Yang berdiam di awan, jatuh ke bumi, menguap ke langit dan mengulanginya
Juga tidak berharap menjadi awan, yang berdiam menanti butiran air singgah
Aku hanya aku
Yang duduk manis di bumi, bersama secangkir minuman hangat, berteman cinta
Bersyukur atas hadirnya hujan

Thursday, December 9, 2010

putaran rasa dunia

Seringkali manusia lupa dan menjadi begitu egois. Menyamakan kepentingan dan prioritasnya dengan orang lain. Buat saya, hujan itu penting. Tapi tentu buat kamu, lebih indah kalau cukup hadir pelangi tanpa perlu becek karena hujan.

Seringkali manusia begitu posesif, beranggapan bahwa hanya dirinya yang paling berarti, bahwa tidak ada yang bisa menyamakan kedudukannya. Tapi tentu saja, dunia tidak berporos pada kita.

Bahwa dunia itu berputar...

Dan adalah sebuah pilihan yang maha luas, untuk mengekspresikan rasa...

Rasa berputar bersama dunia
Andai mengerti terlalu sulit, nikmatilah...

Waktu terlalu berharga untuk sebentuk kecewa dan sebongkah amarah

Wednesday, December 8, 2010

(another) quote

hope is the thing with feathers
that perches in the soul
and sing the tune
without the words
and never stops at all

- emily dickinson, us poet (1830-1886) -

Monday, December 6, 2010

(lagi)

Ketika hanya seraut wajah hadir di akhir hari
Dan sepasang mata menyapa bersaing dengan pamit embun
Satu nama terselip dalam setiap bisik alam

Tak perlu lagi tanya dan pikir
Cukup hati

Ya, aku telah jatuh cinta (lagi)

Monday, November 15, 2010

sakti

Sore ini adrenalin saya terpacu, antara emosi dan waspada.

Ketika rencana tidak berjalan seperti yang kita inginkan, seringkali muncul kalimat-kalimat sakti dari mereka yang merasa sakti:
- Saya ga mau tau, pokoknya harus bisa...
- Ini datanya, saya mau hasilnya dikirim segera (aka. sekarang/timelimitnya kemarin)

Dua kalimat sakti yang saling mendukung, melelahkan.
Pada saat rencana tidak berjalan seperti yang diinginkan, tentu ada penyebab. Penyebab itu kemudian menjadi sebuah proses panjang yang harus dipahami resikonya dan diterima dengan jiwa besar.

Dan bahwa ada birokrasi yang hadir diluar pagar rumah kita. Kesaktian kita tidak selalu berhasil menembus tameng pertahanan tetangga.

Jadi, duduk manis saja ya, karena sore ini, ada resiko yang harus dibayar atas sebuah sebab panjang...

Sunday, November 14, 2010

klenik

Belakangan ini berita di tv semakin aneh dan (seringnya) penuh klenik. Pagi ini ada rusa jantan ditemukan masuk ke dapur rumah penduduk di sebuah kampung, tetapi kemudian dipercayai sebagai rusa 'jadi-jadian' karena tidak mempan dipotong dengan benda tajam apapun. Kemudian seekor ikan paus yang terdampar di sebuah pantai di daerah Probolinggo mati setelah gagal dikembalikan ke laut lepas oleh penduduk setempat.

Berita kematian paus ini tidak seberapa dibanding peristiwa yang terjadi setelahnya. Dalam tayangan tv tersebut, terdapat adegan seorang laki-laki berpeci sedang membacakan ayat Al Quran, ada beberapa sesajen diletakkan di atas tubuh hewan tak bernyawa tersebut dan bahkan diberitakan bahwa penduduk akan menguburkan ikan paus tersebut dalam keadaan terbungkus kain kafan.

Saya teringat sebuah artikel di majalah National Geographic edisi bulan Mei 2010 tentang Santo Meksiko. Dijelaskan bahwa peperangan antar kartel memperebutkan narkoba beserta rute penyelundupannya telah menimbulkan ketakutan besar bagi warga akibat perang senjata yang terjadi setiap hari, pembunuhan dan kekerasan di banyak wilayah Meksiko, sehingga seolah masuk akal apabila mereka berlindung pada Dewa Bandit Narkoba; Jesus Malverde yang dipuja pengedar narkoba. Ketakutan masyarakat Meksiko tersebut bahkan pernah menjadi berita dalam The Wall Street Journal (saya lupa terbitan kapan), disebutkan bahwa surat kabar terakhir yang menentang kartel narkoba pun akhirnya menyerah setelah 2orang jurnalis mereka di bunuh dalam waktu kurang dari 1minggu. Surat kabar tersebut menyebutkan bahwa mereka akan memberitakan apapun yang diinginkan oleh para kartel narkoba, untuk mencegah lebih banyak lagi korban.

Kemudian saya melihat berita di tv lokal...

Apakah kemudian suatu hari nanti negara kita ini akan juga beralih menyembah apapun atas nama kesulitan hidup, ketidakadilan dan segala hal yang tidak diinginkan?

Seekor kambing berkaki lima pun dijadikan mata pencaharian dengan memberi tarif kunjungan plus-plus kepada mereka yang ingin melihat ataupun meminta sessuatu karena hewan tersebut di anggap sakti. Ada lagi cerita tentang pohon, batu, manusia yang dianggap memiliki kesaktian, mewujudkan keinginan manusia...

Banyak pendapat akan keberadaan hal gaib, percaya tidak percaya. Merupakan warisan kepercayaan leluhur, mitos ataupun hanya sekedar dongeng pengantar tidur.

Dan ya, tentu saja lebih menyenangkan apabila mereka tetap hadir hanya dalam mitos dan dongeng, seperti cerita tentang pundi emas di ujung pelangi... Cukup untuk menghadirkan sebentuk khayal penghadir senyum di ujung cerita.

Wednesday, November 10, 2010

stuck in a moment

I'm not afraid
Of anything in this world
There's nothing you can throw at me
That I haven't already heard
I'm just trying to find
A decent melody
A song that I can sing
In my own company

I never thought you were a fool
But darling look at you
You gotta stand up straight
Carry your own weight
These tears are going nowhere baby

You've got to get yourself together
You've got stuck in a moment
And now you can't get out of it

Don't say that later will be better
Now you're stuck in a moment
And you can't get out of it

I will not forsake
The colors that you bring
The nights you filled with fireworks
They left you with nothing

I am still enchanted
By the light you brought to me
I listen through your ears
Through your eyes I can see

And you are such a fool
To worry like you do
I know it's tough
And you can never get enough
Of what you don't really need now
My, oh my

You've got to get yourself together
You've got stuck in a moment
And you can't get out of it

Oh love, look at you now
You've got yourself stuck in a moment
And you can't get out of it

I was unconscious, half asleep
The water is warm 'til you discover how deep

I wasn't jumping, for me it was a fall
It's a long way down to nothing at all

You've got to get yourself together
You've got stuck in a moment
And you can't get out of it

Don't say that later will be better
Now you're stuck in a moment
And you can't get out of it

And if the night runs over
And if the day won't last
And if our way should falter
Along the stony pass

And if the night runs over
And if the day won't last
And if your way should falter
Along this stony pass

It's just a moment
This time will pass

...and so Bono&U2 was saying, good morning wednesday...

Tuesday, November 9, 2010

hey...

I may not do it right
Or say it loud

But hey,
Hear me now

I Love You

Yes, you!

I can repeat it million times

I love you
I love you
I love you
You!

Waktunya Bangun!

Entah kenapa, saya merasa tahun ini tingkat keceriaan saya ada pada titik yang cukup rendah. Beberapa keinginan dan harapan yang belum juga menunjukkan tanda-tanda pencapaian berulang kali muncul dan menggoyah keceriaan saya dalam menatap hidup. Sungguh sebuah penyebab yang sangat tidak pintar (kalau tidak mau disebut sangat bodoh).

Keadaan yang statis ini merupakan buah hasil karya saya sendiri yang tentu saja lebih sering mengerti dan tahu tapi juga tidak berbuat apa-apa. Ketakutan itu kadang terlalu membelenggu langkah saya untuk memulai sesuatu yang baru. Padahal saat ini pun saya tidak berada dalam zona nyaman yang (menurut saya) ideal.

Setelah proses tanya jawab berulang, saya berhasil menemukan hal yang terasa demikian menarik dan menimbulkan kesenangan dalam melakukannya. Kesenangan itu entah kenapa terasa hambar segera setelah saya membuat target dan rencana kedepan untuk meluaskan jalan. Sekali lagi, ketakutan dan kekhawatiran telah membelenggu langkah dan kreasi hati saya.

Ketakutan akan kegagalan.

Kalimat di atas bagai momok yang menghantui setiap langkah dan keputusan yang harus saya ambil dalam kelokan peristiwa dan lengkungan tanya yang tiada henti hadir.

Lalu kenapa kalau memang gagal?
Dunia toh tak akan runtuh dan menimpa kita kan?
Lalu kenapa kalau harus gagal, lagi dan lagi?

Michael Jordan, "I can accept failure, but I can't accept not trying".

Jleb! Kalimat di atas seolah menampar pipi saya bolakbalik dan menghadapkan nyawa saya kembali pada sebuah kenyataan.

Sudah waktunya saya kembali betul-betul menata hidup. Menerapkan segala teori kehidupan yang lekat di otak tapi tak terwujud dalam sikap.

Mengutip dari sini; hidup yang sekali ini digunakan sebaik mungkin, kita tinggalkan banyak jejak kebaikan bagi sekitar, dan pada saat meninggal nanti kita akan tersenyum sedangkan orang-orang di sekitar menangis karena kehilangan.

Doa Setelah Shalat Dhuha

Ya Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu.

Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh.

Sunday, November 7, 2010

aahhh kamu...!

Menepiku dari deru nafas kota
Hingarbingar
Terangbenderang
Riuhramai

Ketka banyak mata terpejam
Dingin menggigit
Sepi memeluk
Kamupun hadir

Matamu yang menatap lembut
Deretan kata tertutur rapi
Hangat tubuhmu
Bahkan harum khas itupun menggelitik

Bersama doa sebelum tidur
Seulas senyum ku saji
Selamat malam sayang
Selamat datang dalam mimpi

ilusi

Waktu masih saja menjadi batas ilusi
Antara nyata dan harap
Dan kamu masih saja hadir
Dalam khayal dan fakta

Mereka bilang waktu akan menyembuhkan luka
Tapi waktu belum berteman denganku
Ia masih tegak bersikukuh
Bersisian dengan luka, berhadapan denganku

Prasangka sejujur apa yang harus ku saji sebagai penawar termanis agar alam bersekutu
Mendengar segala bisik pintaku
Prasangka macam apa yang harus ku tawarkan pada penguasa semesta
Agar mewujud seperti inginku

Kutulis lagi namamu
Yang hilang tersapu ombak

Dan

Kutulis lagi namamu
Yang hilang tersapu ombak

Wednesday, October 27, 2010

Banjir (lagi)

Cuaca dunia beberapa waktu belakangan dikategorikan ekstrim oleh beberapa media dan para ahli. Hujan yang hampir tidak berhenti sepanjang tahun disebagian besar wilayah Indonesia menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Hasil panen yang terendam banjir, nelayan yang tidak dapat melaut, kegiatan perekonomian ibukota pun terganggu dengan kemacetan yang timbul sebagai akibat banyaknya genangan air. Belum lagi bencana alam yang seolah bergiliran hadir dan tak putus tersaji sebagai berita utama media.

Terlepas dari rencana Tuhan yang maha sempurna, apakah perlu hujatan-hujatan itu dilontarkan, kepada pihak yang (dianggap) bertanggung jawab atas terjadinya bencana alam?

Tentu saja saya bukan seorang ahli dalam masalah bencana alam maupun tata kota, ini hanya pendapat saya sebagai orang awam yang sungguh merasa prihatin dengan segala yang terjadi.

Bukankah banjir terjadi karena penebangan hutan, pendangkalan sungai, tidak adanya daerah resapan air dan tumpukan sampah yang menggunung?

Tidak perlu seorang ahli untuk menyatakan bahwa penebangan secara besar-besaran telah terjadi di Wasior dan menjadi salah satu penyebab utama banjir bandang. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya batang pohon yang terhampar di area sisa banjir.

Suatu hari saya pernah melihat tayangan National Geographic yang mengetengahkan hutan Kalimantan. Para penebang ilegal dan hasil jarahan hutan yang berupa gelondongan kayu terpampang bebas di layar kaca. Saya juga punya teman yang kehidupan keluarganya ditopang oleh penebangan ilegal.

Kemudian, apakah masih perlu bertanya siapa yang salah dan harus bertanggung jawab?

Ketika kita menggunakan kertas secara berlebihan, ketika perabotan rumah harus selalu berganti mengikuti mode terbaru, ketika pembangunan rumah terus meningkat, masih perlukah bertanya siapa yang salah dan harus bertanggung jawab?

- 1 batang pohon dapat menghasilkan oksigen yang dibutuhkan untuk 3 orang bernafas.
- untuk memproduksi 1ton kertas, dibutuhkan 3ton kayu dan 98ton bahan baku lain.
- untuk memproduksi 1kg kertas dibutuhkan 324liter air.
- untuk memproduksi 1ton kertas, dihasilkan gas karbondioksida (CO2) sebanyak kurang lebih 2.6ton atau sama dengan emisi gas buang yang dihasilkan mobil selama 6bulan.
- untuk memproduksi 1ton kertas, dihasilkan kurang lebih 72.200liter limbah cair dan 1ton limbah padat.
- industri kertas adalah pemakai energi bahan bakar ke-3 terbesar di dunia
Sumber : http://kaumbiasa.com/kertas-dan-penebangan-hutan.php


Bayangkan, itu baru dari satu sudut pandang, kertas. Belum terlalu luar biasa dan mendetail kepada produk dan kebutuhan lainnya.

Selama kita menggunakan kertas dan segala produk yang dihasilkan dari sebuah industri penebangan kayu, berarti secara tidak langsung kita sudah bertanggung jawab atas terjadinya banjir.

Penumpukan sampah yang terlihat di sepanjang kali dan terutama di pintu air, apakah itu tidak berasal dari rumah kita? Bukan benda yang dibuang oleh tangan kita? Apakah sudah demikian yakin bahwa sampah yang kita buang, telah dikelola dan tersalurkan dengan baik ke tempat pembuangan akhir yang seharusnya?

Berhenti beranggapan bahwa kalau mereka pun tidak melakukannya, kenapa saya harus. Biarkan mereka dengan sampah dan tanggung jawabnya masing-masing, mari kita melakukan yang terbaik yang kita mampu, untuk kebaikan diri sendiri dan mereka yang ada di sekitar kita.

Wednesday, October 20, 2010

babak penutup

Potongan peristiwa yang tergambar di layar perak tadi malam menimbulkan ide di kepala saya. Bahwa saya pun, harus menuntaskan sebuah episode panjang yang terkubur tanpa penyelesaian. Bahwa saya pun, harus mengumpulkan nyali dan memberanikan diri untuk menerima apapun yang kemudian terjadi.

Semoga...
Babak penutup itu akan mampu hadir,
Menyudahi tanya yang tak terjawab

Tuesday, October 19, 2010

no!

stok sabar dan toleransi habis
silahkan ke ruang lain dari hidup
sementara produksi sedang dihentikan

Romantis

Romantis adalah,
Ketika kita duduk berseberangan diantara sekumpulan teman, dan mata kita bertemu, kemudian kamu tersenyum dan berkata 'I Love You' tanpa suara...

Romantis adalah,
Ketika jemari kita bertaut, dengan cara yang hanya kita berdua tahu...

Romantis adalah,
Ketika kamu mengirim sebaris kalimat 'pengen peluk kamu' di suatu siang yang penat...

Romantis adalah,
Ketika pertama kali kita bergandengan tangan, di hadapan semua teman yang berusaha menyembunyikan senyum...

Dan romantis adalah,
Ketika kamu ada disini...

Thursday, October 14, 2010

karena kamu

dan betapa kamu hadir
dalam setiap detik yang tersisa

dan aku merindu
mencinta bersama bayang

hanya bintang yang takan mampu ku hadirkan dihadapmu

karena mentari
akan hadir dalam terjagamu

dan bila gelap datang
lentera hatiku kan benderang

dalam pejam mata
kau pun kan temukanku

karena cinta

karena rindu

karena rasa mimpi cita

karena kamu


...sorehujan,melankolis...

Wednesday, October 13, 2010

Manusia pun kemudian berubah...

Menakjubkan apa yang mampu dilakukan oleh uang untuk mengubah seseorang.

Seringkali saya tidak habis pikir, kenapa seseorang bisa berubah hanya karena materi. Dan lebih tidak habis pikir lagi, ketika seorang teman baik atau bahkan kerabat dekat, berubah sikap hanya karena materi. Sungguh tidak masuk akal untuk pemikiran saya yang hampir selalu teramat sangat sederhana.

Lucu.
Sepertinya kata itu lebih tepat menggambarkan pendapat saya tentang perubahan sikap yang terjadi.

Lucu karena perkenalan itu dimulai saat masih sama-sama berseragam sekolah. Duduk di bangku dan kelas yang sama, pergi ke sekolah yang sama. Tidak ada perbedaan akan kelas atau tingkat sosial. Kami bermain, bercengkrama dan berteman. Kalau ada yang berbeda, tentu lebih pada proses klik dan tidak klik.

Luar biasa lucu karena darah yang sama mengalir di tubuh kami, berlabel saudara sepupu. Kami tidur dan bermain bersama, beramai-ramai mengenakan baju yang sama saat lebaran maupun perayaan besar lainnya.

Ketika kemudian proses pendewasaan pun hadir, menjadikan label itu bertambah panjang dengan hadirnya nama perusahaan maupun institusi dimana teman atau saudara mengabdikan diri, pengkotak-kotakan itu terasa begitu kental. Seolah masa lalu penuh kesederhanaan dan keakraban itu tidak pernah ada.

Entah apa alasan seseorang untuk menguburkan kehidupan masa lalu, menyembunyikan fakta kehidupan masa kecil. Bukankah dari sanalah kemudian kita ada?
Karena apapun yang telah dan pernah terjadi di masa lalu, itulah yang membentuk dan kemudian mengukir keberadaan kita pada kini.

Kesombongan pun menjadi demikian menakjubkan.
Terlebih ketika kesombongan dihadirkan oleh mereka yang pernah begitu dekat dengan hidup kita. Mereka yang telah berbagi suka duka, senang susah.

Atau mungkin dahulu adalah kita, yang telah demikian sombong menghadapi mereka?

Sedemikian luar biasanya kah sesuatu yang kita miliki, untuk kemudian membenarkan kesombongan untuk hadir dan bertahta di hadapan mereka? Tidak sadarkah bahwa bahkan tubuh ini adalah pemberian dari Sang Pemilik Hidup, untuk dipergunakan dengan baik lahir dan batinnya?

Sore itu, airmata yang bergulir di pipi seorang sahabat demikian menyayat hati. Hadir dari sebuah kisah akan hilangnya seorang sahabat baik atas nama sebuah beasiswa belajar ke luar negeri yang diberikan oleh sebuah institusi pemerintah. Kemana hilangnya tahun-tahun penuh kebersamaan, teman? Kemana hilangnya persahabatan?

Kembali saya teringat sebuah hari dimana seorang sepupu baik, yang konon telah menjadi demikian hebat dalam kehidupannya kini, berbicara dan memanggil ibu saya dengan sebutan setara kamu, anda, situ, sampeyan dan sekelasnya disebuah acara keluarga besar kami. Tanpa mampu dipungkiri telah menorehkan kemarahan dan lubang besar dalam hati saya.

Betapa harta, telah mampu demikian hebat mengubah seseorang.

Rasanya masih lebih bisa diterima apabila seseorang yang baru kita kenal menunjukkan kesombongan, karena memang tidak pernah ada cerita kebersamaan masa lalu. Tetapi sulit sekali untuk saya mengerti kenapa harus hadir kesombongan ketika suatu episode kebersamaan pernah terjadi di suatu masa dalam kehidupan mereka.

Semoga bukan omong kosong ketika saya mengatakan bahwa saya tidak pernah paham kenapa manusia harus sombong.

Apakah kamu, tanpa jabatan dan harta, masih mampu berdiri di hadapan dunia?
Apakah kamu, tanpa pakaian dan kemasan yang menempel pada diri, masih mampu mendongakkan dagu di hadapan saudaramu?

Dan bahwa rejeki, adalah juga cobaan.
Dan bahwa masih akan selalu ada Tuhan yang Maha Mengetahui segala yang tersurat dan tersirat, bahkan yang tersembunyi.

Dan bahwa di atas langit, akan masih selalu ada langit.

...

Because God never slams a door in your face without opening a box of Girl Scout cookies...

-EatPrayLove, page27-

a l o n e

it's funny how you could feel alone in a crowd
a crowd you know so well and love so much

it's funny how distance your soul could be
among soulmates in a warm atmosphere

The World Goes The Way Your Mind Sees It

Dalam keseharian hidup seringkali kita kembali pada perenungan. Melakukan kilas balik dan menapaki segala yang telah dan akan kita lakukan. Setiap resiko dan perumpamaan, setiap pencapaian dan kegagalan. Manusia secara alami lebih mudah untuk selalu melihat segala sesuatu sebagai kegagalan dan kemudian berdiri di hamparan bumi, menengadahkan wajah menatap gelap langit malam dan menyerukan tanya, 'kenapa?'.

Pernahkah kamu mencoba bertanya, 'kenapa tidak?'.

Ketika kamu duduk di sebuah ruang berpendingin, bersama sebuah buku tebal berbahasa asing, dengan secangkir kopi berharga puluhan ribu rupiah, pernahkan kamu membayangkan apa yang ada dalam pikiran mereka yang berdiri di tengah terik mentari tanpa alas kaki, pernahkah kamu membayangkan berada dalam sebuah mobil mewah yang melaju stabil membelah kemacetan ibukota?

Bahwa Tuhan menciptakan masalah, tentunya juga sudah menyiapkan jalan keluar terbaik beserta pilihan-pilihan yang entah nampak nyata maupun tersembunyi. Bayangkan rumitnya perjalanan kabel dalam sebuah perangkat elektronik, mungkin mirip dengan alur skenario ciptaan Tuhan untuk alur hidup manusia. Bercabang, berkelok dengan segala pilihan.

Pesan untuk tidak selalu melihat ke atas maupun ke bawah itu bukan sebuah kalimat usang nan klise. Selalu dan terlalu seringkali menjadi kata kunci. Melihat ke atas perlu, untuk mampu memotivasi kita menjadi lebih baik. Melihat ke bawah juga harus, untuk menyadari betapa hidup telah sangat bermurah hati.

Membandingkan keadaan rasanya tidak realistis. Karena perjalanan tidak di mulai di titik yang sama dan serupa. Hujan badai dan gelimang sinar matahari hadir pada waktu dan tempat yang berbeda.

Bahagia tidak hadir dalam sebuah kunci menuju pintu berlapis emas dengan lampu sorot meneranginya. Kesedihan dan amarah tidak hadir dalam kantung hitam yang teronggok muram di pojok ruangan.

Dalam sebuah lelang, semua orang berjuang mendapatkan benda yang di inginkan. Berlomba mengajukan penawaran tertinggi. Memaksa diri sampai pada batas akhir kemampuan. Kemudian, diam. Berakhir bahagia bagi mereka yang memenangkan lelang, berakhir pahit bagi mereka yang kalah.

Banyak hal diukur dari kemenangan dan kekalahan. Hasil akhir seolah begitu diutamakan, mengesampingkan segala proses perjuangan yang terjadi sebelumnya.

Tuhan memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Percayalah, ketika orang lain mendapatkan apa yang kita inginkan, orang tersebut pasti lebih membutuhkannya daripada kita. Sesuatu tidak selalu tampak seperti apa yang kelihatan.

Dan mungkin, yang kita pikir kita inginkan, tidak benar-benar kita inginkan ketika hal tersebut sudah menjadi milik kita.

Kemudian kebahagiaan, adalah bagaimana cara kita memilih untuk melihat hidup.

Friday, October 8, 2010

rapuh

Aku
Jatuh
Bersama
Cinta
Bersama
Harap

Merapuh

Thursday, October 7, 2010

Poker Face

tawamu bagai virus
menyebar

genggam tanganmu
sempurna bersama jemariku

tutur suara riuh rendahmu
menggelitik indera

mungkin
mataku
senyumku
tuturku
kau pikir untukmu

pikir ulang sayang,
karena aku berjuta wajah

Wednesday, October 6, 2010

wishing on a star

I'm wishing on a star
To follow where you are
I'm wishing on a dream
To follow what it means
And I wish on all the rainbows that I see
I wish on all the people who really dream
- cover girls, wishing on a star -

Friday, October 1, 2010

It Is NOT Ok

Mungkin benar yang dipercayai oleh kebanyakan orang, bahwa laki-laki dan perempuan tidak bisa hanya sekedar berteman dan bersahabat. Betapapun saya meyakini dan terbukti berhasil menjalaninya dengan beberapa teman laki-laki, setelah dilihat kembali, ternyata memang ada saja kejadian dimana pertemanan itu berubah arti dengan hadirnya sebuah perasaan lain dengan keinginan dan harapan yang berbeda.

Suatu hari lalu, setelah teman saya tidak lagi setia mendampingi dalam setiap peristiwa, seperti ada yang ganjil dalam hidup saya. Entah itu perasaan kehilangan karena ternyata saya telah jatuh cinta kepadanya, atau kehilangan sesuatu yang telah begitu terbiasa mendampingi hari-hari saya. Tetapi saya tahu, segalanya tidak akan lagi sama dengan kepergiannya. Rasa kosong begitu kuat mengguncang hati memandang sorot matanya di balik kaca pembatas ruang keberangkatan bandara.

Begitu banyak cerita yang mengangkat percintaan antara dua sahabat. Dengan beragam akhir, bahagia dan duka. Dan ternyata, disadari ataupun tidak, ada pihak yang ikut merasakan imbas dari proses jatuhcintanya sepasang manusia. Apapun hasilnya, ternyata sungguh tidak mudah berada di posisi tersebut.

Jatuhcinta berjuta rasanya.
Bagai hujan ditengah kemarau, bagai pelangi setelah hujan badai...

Tidak mudah rasanya menempatkan diri di hadapan seseorang yang sedang kasmaran. Apalagi mengetahui kalau si jatuhcinta hadir pada saat yang tidak tepat. Menjadi teman baik yang mendukung tentu tidak tepat, tetapi tidak mendukung juga sulit. Berat rasanya harus menghapus binar mata bahagia dan senyum malu-malu dari wajahnya. Perih rasanya melihat kesadaran yang terpancar dari wajahnya, untuk menahan mengatur rasa dan mengendalikan tatap serta ekspresi wajah.

Maaf kalau kemudian saya harus pergi. Saat gundah memenuhi hati, menyadari sebuah kenyataan dahsyat akan lahir dari sini. Segalanya tak kan lagi sama...

Sungguh saya menyayangi kalian...

Thursday, September 30, 2010

Hentikan Penyebaran Gambar Korban

Kembali pecah kerusuhan yang membawa korban jiwa kemarin di Jakarta. Bagai nafas memburu, dari satu peristiwa ke lainnya. Dari bencana alam sampai ulah manusia, berganti mengguncang bumi pertiwi.

Potongan gambar korban kerusuhan pun membanjiri jejaring sosial, dengan beragam komentar bombastis yang semakin tak jelas kebenaran dan sumbernya. Bukan soal politik, bukan masalah intrik, biarkan bagian itu dibicarakan oleh para pakar yang benar-benar mengerti apa yang mereka perbincangkan.

Ketika pertama kali menerima kiriman gambar korban kerusuhan tersebut, saya merasa terganggu. Bukan karena luka yang tampak jelas terlihat, tetapi atas motivasi pengambil dan pengirim gambar. Dua tahun bekerja di sebuah perusahaan medis membuat saya tahan banting melihat luka terbuka dan darah, jadi tentunya bagian tersebut bukanlah sebuah isu yang melatarbelakangi penulisan artikel ini.

Saya jadi teringat sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di depan gedung kantor beberapa waktu yang lalu. Korban kecelakaan yang masih tergeletak di aspal membuat banyak pejalan kaki maupun karyawan di perkantoran sekitar berduyun-duyun menghampiri lokasi kejadian. Dan beberapa orang tampak jelas sibuk mencari posisi untuk kemudian mengarahkan ponsel berkamera miliknya ke arah korban.

Lalu apa?

Kalau anda mendapatkan gambar korban, kemudian apa? Apakah dengan berbangga hati kemudian menyebarkan gambar tersebut untuk meyakinkan semua orang bahwa anda ada di tempat kejadian? Bukankah lebih bijaksana seandainya anda ada disana untuk menolong, bukan sebagai penonton yang hanya berdiri memperhatikan, atau malah sibuk mencari posisi di belakang wartawan agar wajah anda tampil di layar kaca?

Umumnya kemacetan di jalan raya setelah terjadinya kecelakaan adalah munculnya kerumunan manusia yang ingin menyaksikan peristiwa tersebut secara langsung. Ya, pilihan kata itu tidak bombastis. Kebanyakan dari mereka memang hanya menyaksikan, dan walau bagaimanapun, posisi tersebut masih lebih baik daripada menjadi provokator untuk turut andil dalam penghakiman massa.

Saya ingat sebuah aturan (entah tertulis atau tidak, saya lupa persisnya) di perusahaan pertambangan yang melarang penyebaran gambar korban dari kecelakaan, khususnya kecelakaan kerja yang terjadi di area kerja/area pertambangan. Alasannya sederhana saja, tidak etis.

Di dunia medis, tentu aturan ini lebih jelas lagi. Bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan pasien, tidak dapat diberikan ke pihak lain selain pasien dan/atau orang yang secara hukum berhak untuk mengetahuinya. Kerahasiaan data pasien adalah wajib hukumnya.

Bayangkan keluarga anda adalah korban, kemudian gambarnya yang penuh luka dalam kondisi tak bernyawa beredar luas di jejaring sosial, di dunia maya. Bagaimana perasaan anda? Kehilangan saja sudah tidak mudah di hadapi, apalagi mengetahui orang tersebut menjadi objek berita yang tak jelas sumber dan tujuannya.

Biarkan para ahli untuk melakukan tugas sesuai aturan dan tanggung jawab dari peran mereka masing-masing. Para ahli forensik mengambil gambar untuk keperluan penyelidikan, para wartawan untuk menyampaikan berita dan lain-lainnya.

Tentu lebih menyenangkan apabila ingatan terakhir tentang kita berhias wajah ceria penuh senyum, dan bukan hal buruk yang membekas dalam.

- perubahan itu mungkin adanya. semoga dari satu, bertambah satu dan menjadi banyak -

Sunday, September 26, 2010

suatu malam di dermaga kayu

Sembunyi bintang dari sempurna purnama.

Seperti malam kemarin, rebahku beratapkan langit di dermaga kayu di sisi timur pulau tak bertuan. Angin laut menghantar buih ombak mencumbu bibir pantai penuh cinta.

Menggapai dan menjauh, menyentuh dan berpaling...

Ahhh kapan rindu akan tuntas...

Ketika jemari ombak hanya mampu membelai bibir pantai, tanpa pernah mampu untuk singgah, tak usah lah bermimpi untuk tinggal atau bermalam.

Pernahkah kau mendengar bisikan ombak kepada langit, ketika suara hatinya tersampaikan bersama tengadah laut ke angkasa. "Andai aku raja bumi, ciumanku di bibir pantai akan menjadikannya ombak. Kemudian bersama kami arungi samudra".

Dan dalam harap, ombak pun berbisik sambil mengedipkan sebelah mata kepada bulan. "Kawan, bila hari itu tiba, aku pun mendoakanmu, aku akan menunggu purnama bersanding bersama gemintang".

Pejam mataku pun larut bersama harap untuk mereka...

Suatu hari, mimpi akan mampu mewujud nyata.

Monday, September 13, 2010

aku, bandung bondowoso dan sangkuriang

Hari ini aku punya kegiatan baru yang sungguh menghabiskan waktu. Sejak hilang embun tersapu mentari, tenggelamku dalam kotak besi di halaman. Selembar kertas cetak biru terhampar di lantai dingin. Mataku bagai tersihir magnet, kembali dan kembali lagi menyusuri setiap petunjuk, setiap garis dan patahan.

Sisi kiri dan kanan ku susun berbanjar, peralatan bertukang berderet rapi menanti giliran. Setiap sudut dan siku ku ukur dengan seksama, terpicing mata seolah busur pengukur.

Keringat mengucur deras di pelipis, rintihan lapar pun terkalahkan buncahan angan di jiwa. Binar mataku berkawan semangat takkan kalah oleh lapar, bising bahkan jeraan kejam sinar mentari yang seolah membakar adaku di kotak besi. Sungguh bukan tempat yang ku inginkan untuk merajut mimpi.

Bersaing dengan mentari yang kian condong ke barat, ciptaanku pun menjelma perlahan. Setiap bagian kini telah mulai menampakan wajahnya, membuatku ingin menghentikan setiap kedip mata. Sedetik pun demikian berharga, ciptaanku harus selesai sebelum terbenam matahari. Dalam sekejap terlintas perjuangan Bandung Bondowoso demi mendapatkan Loro Jonggrang dan kemudian kemarahan Sangkuriang yang menghasilkan Gunung Tangkuban Perahu. Teralihkan konsentrasiku, memikirkan legenda yang akan muncul atas kegagalan yang mungkin ku hasilkan.

Ahh sudahlah, lanjutkan ciptaanmu teman...

Jahitan jemariku membentuk dan mencipta penuh magis, seolah bumi dan semesta pun menahan nafas. Jantungku berdetak bersama waktu, menghitung mundur sisa nafasku.

Gemetar jemariku, dua kali tarikan lagi. Satu, tarikan nafasku perlahan, satu setengah, ku palingkan wajah agar hembus nafas tertahanku menjauh dari ciptaan maha dahsyatku. Dan terakhir, satu tarikan penutup ku sajikan dengan menawan bersama hawa kemenangan.

Kuluruskan punggung dengan hembusan nafas terakhir, fiuuuhhh...

Sertamerta airmata memburamkan pandang, bersama bebunyian riuh rendah kehancuran ciptaanku.

Ya, aku lupa palingkan wajah saat menghembuskan nafas terakhir...

Beruntunglah Bandung Bondowoso yang menghasilkan Candi Prambanan dan Sangkuriang dengan Gunung Tangkuban Perahu. Sedang aku, hanya mampu menunduk saat malaikat datang menjemput, dengan pandang nanar pada ciptaanku yang tercecer tak berdaya.

Wednesday, September 8, 2010

ketika kata...

pada hari
dimana kata termakna ganda
selarik pesan terhantar tirai

sembunyiku
dalam gumpalan awan pembawa hujan

berlariku
pada curam tebing bebatuan

kemudian kata
ahhh apalah artinya kata
ketika makna seolah kiasan
dalam dinding tak bertuan

Monday, September 6, 2010

H - 5

Setiap kali memasuki bulan suci Ramadhan, perasaan rindu sekaligus sedih selalu hadir di hati saya.
Rindu akan datangnya bulan suci yang begitu mulia, tetapi juga selalu membangkitkan sebuah rasa haru, rasa syukur dan entah jutaan rasa lain yang tak cukup perbendaharaan kata saya untuk menjelaskannya.
Sedih karena khawatir kali ini akan menjadi Ramadhan terakhir, dan sedih kalau-kalau Ramadhan ini akan lewat begitu saja tanpa menghasilkan sesuatu yang berarti.

Dan entah kenapa, kali ini saya merasa makna Ramadhan yang sesungguhnya terasa begitu jauh dari hati dan hidup saya. Semangat jelang Ramadhan yang begitu menggebu seolah embun pagi yang hilang tersapu matahari.

Sungguh, yang tersisa hanya sebuah kesedihan luar biasa atas ketidakmampuan saya memaknai bulan penuh rahmat.

Hari ini, lima hari menjelang hari kemenangan...
Pertanyaan-pertanyaan itu begitu mengusik hati saya;
Apakah kemenangan itu untuk saya?
Apakah saya termasuk ke dalam golongan mereka yang menang?

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Surat Ar-Rahman)


Entah apa yang sesungguhnya kita cari kalau bukan rahmat, ridho dan ampunan-Nya...
Entah apa sesungguhnya guna harta tahta dan segala yang kita miliki kalau bukan untuk bersyukur dan mendekatkan diri kepada-Nya...
Entah apa sesungguhnya yang ada dalam hati kita atas segala yang telah dilimpahkan-Nya atas kita...

Allah maha mengetahui segala rahasia tergelap yang tersembunyi di relung hati terdalam...

Semoga masih akan ada Ramadhan untuk kita, dan gema takbir Idul Fitri masih akan sempat kita lantunkan.

Semoga waktu masih akan bermurah hati dan memberikan kesempatan bagi hamba Allah untuk selalu menjadi lebih baik lahir dan batin, untuk dunia dan akhirat...

Sunday, September 5, 2010

selamat tidur sayang...

malam ini, ku ucap namamu sebelum mimpi menjemput
dalam bisik lirih, berharap angin membawanya padamu
andai rindu mampu hadir
kan kusajikan ia dalam gemerlap bintang di langit malammu

binar matamu erat dalam ingatan
senyum tenangmu menyirat kata tak tersampaikan
hangat genggam jemarimu penuh cerita
akan satu hari di negeri seberang

lebur diriku pada angin
menyatu dalam udara
menjelma bayangmu
kemudian tinggal dalam hitam bola matamu

jendelapun menutup diri dari malam
menyusul gelap ruang adamu
nafas teratur mengantar mimpi
dan aku tersisa, dalam ruang yang diam

malam ini saja
biarkan aku hadir
aku, dan bukan angin berbayang di udara
diam dalam tenang tidur malammu
menuntunmu ke alam mimpi

selamat tidur sayang
ku titipkan malam pada malaikat
bersama sejuta doa tanpa pinta
pejam mata sayang
hadirkan ku dalam sempurna tidurmu

Friday, September 3, 2010

Ramadhan pun beranjak...

This is a note from my cousin... For me, for us...

Sahabatku....​​Menangislah utk Ramadhan

Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu.
Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan.
Dan tadarus quranmu tak juga beranjak pada juz empat.
Jika itu adalah ungkapan penyesalanmu.
Jika itu merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu yang centang perenang (ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, "alhamdulillah tarawihku belum bolong. " dan kamu merasa ada malaikat yang menjauh darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)

Menangislah,
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir.
Bahwa ada satu hamba Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena.
Yang katanya berdoa sejak dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab, yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan,
tapi...,
tapi sampai puasa hari ke dua puluh masih juga menggunjingkan kekhilafan teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunnah...
Bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah, lebih keras...
Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa beberapa hari.
Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan.

Menangislah.
Dan tuntaskan semuanya di sini, hari ini.. Malam ini. Karena besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar quran menunggu untuk dikhatamkan.
Dan keping-lembar mata uang menunggu disalurkan.
Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali..

Tuesday, August 31, 2010

Intimations of Immortality

What though the radiance which was once so bright
Be now for ever taken from my sight,
Though nothing can bring back the hour
Of splendour in the grass, of glory in the
flower;

We will grieve not, rather find
Strength in what remains behind;
In the primal sympathy
Which having been must ever be;
In the soothing thoughts that spring
Out of human suffering;
In the faith that looks through death,
In years that bring the philosophic
mind


-William Wordsworth-

Monday, August 16, 2010

komitmen dan kebahagiaan

Beberapa hari belakangan, kata pernikahan dan kebahagian bagai susul menyusul berlomba memenuhi benak saya. Memang sih, segala hal itu baik maupun tidak, kembali kepada bagaimana cara kita melihatnya. Saya ga bilang bahwa penikahan memiliki satu garis lurus sejajar dengan kebahagiaan, maupun sebaliknya. Tapi saya jadi ingat kalimat yang diucapkan teman saya, seorang single parent dengan anak yang akan segera berangkat kuliah di sebuah kota di daerah Jawa. Teman saya bilang; "sekarang giliranku, akhirnya sudah bisa mulai memikirkan hidupku sendiri".

Waktu itu saya cuma diam, belum berhasil meresapi kedalaman makna ucapannya. Teman saya ini model orangtua yang sangat peduli pada anaknya dan hubungan keduanya bisa saya bilang sangat akrab dan dewasa. Mereka bisa berbincang, berdiskusi dan bahkan berargumentasi. Jadi kalimat itu tentunya tidak bermaksud untuk menyesali ataupun mengeluh akan kehidupannya selama ini.

Kemudian saya berbincang dengan beberapa teman, memperhatikan kehidupan rumah tangga mereka, saya mulai menyelami maksud yang tersirat dalam kalimat yang disampaikan teman saya. Dan saya mulai memahami hubungan antara kalimat teman saya dengan kebutuhan akan 'me-time'.

Awal pernikahan, masing-masing akan disibukkan dengan kejutan-kejutan kecil, adaptasi dan kompromi antara satu sama lain. Kemudian dengan hadirnya malaikat kecil, muncul prioritas dan adaptasi yang lebih besar. Waktu, pikiran, tenaga, materi dan lain-lain, dan sebagainya. Mulai hadir suara-suara kecil bertanduk yang menuntut, harapan yang tak terucap dan kekecewaan yang terpendam.

Waktupun seolah bergerak menjauh, menipiskan garis batas, memudarkan bias warna.

Adegan-adegan dalam film Sex and The City 2 pun kembali menggelitik pikiran saya. Betapa Carrie berjuang atas nama ketakutan mati bosan dalam pernikahan tanpa anak. Betapa Charlotte berjuang menjalani kehidupan sebagai ibu dari dua anak perempuan. Betapa tampilan penuh fashion (ajaib) itu begitu sarat kisah.

Pada akhir hari, (mungkin) cinta saja tidak cukup. Diperlukan kelapangan hati dan jiwa dalam penerimaan setiap hal dan peristiwa. Diperlukan komitmen yang kuat tanpa penjara laku dan pikir. Dan tentunya diperlukan kemampuan dan kemauan untuk mengerti dan menerima apa adanya. Rasanya, di atas segalanya, diperlukan kemampuan untuk memaafkan.

Tentu saya tidak lebih tahu dari mereka yang telah menjalani. Ini hanya segelintir pikir dari hasil pengamatan.

Bahwa kebahagiaan, ternyata juga sebuah proses pertanyaan yang takan pernah usai.
Seperti ayam dan telur, mana yang lebih dulu hadir...
Demikian juga kebahagiaan.
Mana yang lebih tepat, kebahagiaan hadir atas kemampuan kita membuat orang lain bahagia, ataukah kebahagiaan kita akan membuat mereka disekeliling berbahagia?...

Kata Berhuruf Besar R


If we know each other's secrets, what comforts we
should find. - John Churton Collins


Sungguh, apakah kamu telah sejujurnya membuka semua rahasia yang tersembunyi dikedalaman hati dan pikiranmu, pada mereka terkasih? Atau andai tanya itu terlalu berlebihan adanya, apakah kamu telah melakukannya pada dirimu sendiri? Menerangi sudut-sudut tergelap tersembunyi untuk menguak segala rahasia dan menjawab segala misteri yang hadir pada kini?

Tak terhitungnya waktu dalam kebersamaan takkan menyuguhkan sebuah kepastian akan hadirnya kejujuran. Seringkali bahkan begitu sulit untuk melihat ke dalam diri dan menelanjangi hati memaparkan segala sebab akibat, segala ketakutan dan segala harap. Seringkali bahkan terlalu sulit untuk mampu berdiri tegak sebagai aku dan mengusung segala pikir, prinsip dan keyakinan.

Pendapat dunia akan ke-aku-an begitu menakutkan, membuat kita seringkali terkungkung dalam segala aturan, teori, keharusan, kebiasaan untuk kemudian terpenjara dan mati.

Mati hati
Mati rasa
Mati idealis

Apakah gila? Apakah abnormalitas? Apakah benar dan apakah salah?
Begitu sulit untuk merumuskan sebuah konstitusi, untuk menghukum yang salah atas sebuah perbuatan yang dilakukan dengan alasan yang dapat dipahami dan kemudian dibenarkan. Begitu sulit untuk menerima perbedaan dengan lapang hati. Dan begitu sulit untuk tidak menghakimi.

Bahwa dunia, tidak belaka benar dan salah
Bahwa manusia, tidak berbatas normal dan abnormal
Bahwa kebenaran, seringkali tak berbatas hadirnya

Dan ketika pada suatu hari benderang kejujuran dipaparkan dengan begitu lugas dan getir, apakah badai kan hadir dalam hatimu, mengoyak membakar segala emosi? Atau akan terbentangkah lengan hangatmu, menariknya dalam peluk penuh kasih atas nama sebuah pengertian?

Sebelum bibir mampu mengucap sebuah kejujuran, telah hadir jutaan peperangan yang telah lelah dan terluka dalam diri. Tonggak keberanian berpeluh darah dan berurai airmata berjuang untuk mampu berdiri tegak, mengharap sebuah kelegaan dan keringanan hati. Sungguh keberanian itu mahal harganya.

Ketidakmengertian seringkali membutakan, menggoreskan luka dan menggulirkan amarah. Segala ada terlahir dari sebuah peristiwa, bukan tanpa alasan. Buka hati, luaskan indera, jernihkan pikir. Karena seringkali lebih mudah menilai dan menghakimi. Pejam mata dan luaskan imaji, mampukah diri berada dalam kondisi mereka yang terhakimi dan keluar sebagai pemenang dengan hasil yang lebih baik?

... maaf kalau telah membuatmu merasa harus menyimpannya sendiri...

Friday, August 13, 2010

look around, i'll be there...

Belakangan saya merindu seorang teman baik. Entah kenapa, rasanya semakin jauh jarak yang hadir antara saya dan dia. Kalau boleh dibilang, rasanya segala daya sudah saya lakukan untuk menepis segala yang memungkinkan melebarnya bentangan jarak antara kami. Bukan ga percaya sama dia, saya tau kalau dia kuat menjalani apapun yang terjadi dalam hidupnya. Saya juga ngerti betapa ga mudah ada dalam posisi dia.

Yang terlihat selalu hanya tampak luar tentunya, dan buat saya, tampak luar yang terpancar darinya begitu menyesakkan hati. Mungkin rasa yang saya punya untuknya tampak seperti orang kasmaran yang sedang berjuang mempertahankan hati. Dan ya, saya sungguh berjuang menggapainya dalam kungkungan benteng kokoh yang menjaga diamnya.

Begitu dingin dan rapat dia menutup hatinya, menyisakan hanya bagian kecil dari sebuah kisah yang tak pernah ingin disampaikan. Mungkin penolakan yang hadir demikian kuat disana, berharap dengan mengacuhkan segalanya akan pudar.

Saat ini, sungguh saya mati langkah.

Menyediakan diri setiap saat dan berusaha untuk selalu berada dalam jangkauan hatinya sungguh tidak mudah dan rasanya, saya gagal. Dia tetap berdiri membelakangi saya dengan sejuta rahasia yang tak pernah akan saya ketahui.

Kemudian saya mundur, memberinya ruang untuk bergerak, mencari pegangan hidup atau apapun yang akan bisa mengembalikan binar matanya yang dulu tampak begitu indah buat saya.

Dan saya, betul-betul merasa kehilangan...

Betapa garis samar yang kamu bentangkan itu demikian nyata adanya, mengoyak rasa yang telah hadir begitu dalam.

Kamu ga perlu selalu kuat
Kamu ga perlu mengubur segala rasa begitu dalam tak terjamah
Dan apapun yang kamu pikir harus kamu lakukan saat ini, lakukanlah...
Pada saatnya nanti, ketika kamu sudah siap untuk kembali, saya akan ada disana
Menyambutmu dengan senyum, sekantong obat untuk maag-mu dan segelas kopi hitam kesukaanmu
Tanpa tanya
Tanpa pedih hati

Tolong jangan membisu terlalu lama,
Karena waktu takkan bermurah hati menjadikan segalanya abadi...

Friday, August 6, 2010

ngelantur

Pembahasan di meja makan siang ini seputar tamu dan karyawan expatriat yang belakangan rajin mampir ke kantor. Ada beberapa yang lumayan jadi bahan mondarmandir para perempuan di kantor. Sebetulnya ga banyak saingan saya di sini, karena dari 7 karyawan perempuan, yang single cuma tinggal saya dan satu karyawan baru yang fresh graduate. Dan tentunya hal itu berbanding sejajar dengan semangat rekan kerja yang ribut jodohin dan gangguin saya dengan para expat.

Jarang banget loh saya tertarik sama expat. Kalopun ada yang bikin saya nengok juga ya cuma sekedar nengok. Tapi yang satu ini bener-bener bikin saya sulit konsentrasi *halah*. Lumayan berat perjuangan saya untuk tetap fokus setiap kali dia ngajak ngomong, ga lucu kan kalo saya pasang muka terpana, bengong, terkesima dan ga ngerti dia nanya apa. Bolakbalik nanya, hah? sorry? excuse me?... Duh jangan sampe deh. Jadi saya serius konsentrasi supaya bisa ngikutin omongan dia.

Para bapak-bapak dikantor pun ga kalah jailnya. Mereka dengan semangat ikutan kasih info, yang ini single, yang itu sudah nikah blablabla, sampe ada yang iseng nitipin salam. Untung saya anakmanis berhati besar yang cuek aja, coba kalo saya anakmanis pemalu, bisa jadi kepiting rebus tiap saat kali ya?...

Sampai saat ini, saya masih belum tertarik untuk punya hubungan serius dengan orang asing. Selain kendala beda keyakinan, rasanya kendala budaya dan komunikasi merupakan faktor yang makin memperkuat alasan saya untuk stay with local guys. Bayangkan, beda suku saja sudah berarti beda kebiasaan, beda lingkungan berarti beda cara pandang. Dan satu bahasa pun seringkali terjadi salah pengertian... Hayah sudahlah, saya belum kepengin ribet urusan yang begitu.

Well anyway, mungkin kalo orangnya si ganteng Harrison yang kemarin mampir ke kantor, saya masih mau mempertimbangkan deh, sungguh...

...don't take it seriously, namanya juga ngelantur hahaha...



Tuesday, August 3, 2010

mulut dan telinga

: kamu, mereka

kenapa setiap orang merasa dirinya lebih penting dari yang lain?
kenapa selalu merasa masalahnya yang paling berat dibanding yang lain?

Tuhan menciptakan mulut
untuk bercerita
tetapi Tuhan juga menciptakan telinga
untuk mendengar

semoga kamu ga lupa
kalau selain punya kuping kiri-kanan
aku juga punya mulut
yang kadang ingin berbagi hati...

melowjelowyelow

entah mana yang lebih menyisakan luka
dalam dan menganga
perban pun takan mampu menutup
kesedihan yang tersembunyi

walau binar mata ceria
sejuta senyum hiasi hari
luka itu ada
tersembunyi rapi di sudut hati

aku merindumu,
jauh ke dalam hati tergelap
betapa segala harap kembali tersisa di ujung lidah
tertahan di balik doa

semakin dalam ku gali lubang itu
membenamkan segalamu disana
menimbunnya dengan segenap daya
walau hati takan pernah mampu berbohong

aku merindumu
bersama berjuta malam yang hadir dalam ketiadaanmu
aku merindumu
tenggelam bersama airmata yang hadir tak terbendung
aku merindumu
dalam setiap tarikan nafas

luka itu berdarah
saat dia hadir di sudut adamu
dan ku tergugu di sudut hari
menyadari luka itu telah demikian terukir

aku merindu
biar rindu itu ada selamanya
bebaskan hati dari belenggu lalu

aku mencintamu
segenap jiwa
sampai matahari terakhir mempertemukan kita
di sebuah negeri di atas awan

Sunday, August 1, 2010

membatu

harapku melambung tinggi
rindupun bergaung
mungkin bukan cinta, Tuhan
tapi sungguh merindu mengilu biru

demikian kokoh luka itu membentengi hatimu
membakar sejuta rasa
melahirkan logika
tolong dengar, kali ini saja

mungkin kamu merindu
mungkin teringat
mungkin menafikan
...semoga belum membatu



:you

:you

maybe i didn't listen well
maybe i didn't even take it seriously
but seeing you did what you said you would
left me stood there speechless

i am bleeding
to my white pale bones

i am drowning
to the last breath i could catch

it's no longer a matter of why darling
as i just found out who you really are
and how much it hurts when u thought too high of a person
while all he do is failing you every step of the way

rest asure that it's not my heart that you left broken
it is my pride and soul that you thrown away carelessly

for everything there's a reason
for everything there's a cost

you have nothing to worry now dear
as i am doing what you wish and try so hard to do

for some things..
there's no turning back



Tuesday, July 27, 2010

hujan selasa pagi

selamat hari hujan teman
selasa pagi penuh anugerah dari langit
bersyukur atas segala kemudahan, keberadaan dan ketiadaan
bersyukur atas segala yang terjadi dan terhindarkan

karena Allah selalu punya rahasia
terbaik dari yang pernah kau bayangkan

#the world goes the way your mind see it...

Friday, July 23, 2010

ngerantang

Belakangan, di kantor seringkali ada acara makan-makan, entah ulang tahun ataupun syukuran proyek. Tentunya ga ada orang yang akan menolak makan-makan gratis, enak dan lengkap pula menunya. Makanan pembuka seperti kue jajan pasar, puding, otak-otak, pempek.. Disambung dengan makanan utama berupa nasi tumpeng atau nasi padang lengkap dengan pilihan sate dan soto.. Dan ditutup dengan es krim. Itu menu standar acara makan siang gratis di kantor saya. Heboh kan?

Pernah juga dulu waktu masih di sebuah perusahaan manufaktur di menara rajawali, makan siangnya heboh mendatangkan staf d'crepes dan pizza. Jadi bebas deh bolak balik ambil makanan yang disuka. Nyamnyam...

Yang seringkali membuat saya merasa terganggu adalah efek setelah makan-makan. Di acara manapun, membungkus makanan seolah sudah jadi kebiasaan wajib. Entah di arisan, acara resmi maupun ga resmi. Yang di bawa pun kadang-kadang terkesan berlebihan, memang ada berapa mulut sih yang ada di rumah? Bingung deh saya...

Acara yang seringkali juga dihadiri oleh mereka yang sangat berkecukupan ini pun ga luput dari bungkus membungkus. Pokoknya, dimanapun kapanpun dan siapapun.

Buat tuan rumah, hal ini lebih menyenangkan karena berarti acara sukses dan makanan enak. Buat para tamu, senang ada oleh-oleh buat keuarga di rumah.

Dan berikut beberapa hal yang rasanya bisa jadi sebab kenapa saya males banget bungkus-bungkus makanan setelah pesta:
  1. Saya males berebut, males tampak kalap ngliatin isi kantong si A atau si B dan kemudian pengin makanan yang sama dalam porsi yang mungkin lebih hebat.
  2. Saya males nenteng kresek.
  3. Kadang-kadang saya malah lupa punya makanan hasil berburu dan jadi basi karena ga ditowel apalagi ditengok di lemari pendingin. Mubazir deh...
Saya ga menentang bungkus membungkus, tapi tolonglah berperikemanusiaan sedikit. Ambil secukupnya supaya ga mubazir di rumah dan sisakan untuk mereka yang sudah bolakbalik menelan air liur selama kita pesta.

...gara2 batuk mampir, saya ga bisa ikutan makan besar malam ini sama orang kantor hiks...


Wednesday, July 21, 2010

sekali lagi tentang mukabuku

Dua hari belakangan, saya dihadapkan pada sebuah dilema yang penting ga penting. Dipicu oleh kejadian dimana seorang keponakan saya, anak perempuan berumur 8 tahun, meminta saya untuk berteman dengannya di mukabuku. Bagian itu masih belum terlalu membuat waspada, toh banyak keponakan lain yang sudah terdaftar di mukabuku saya. Tetapi beberapa hari setelahnya, keponakan saya ini mengikuti sebuah kuis, dimana pertanyaannya adalah, "sayangkah kamu pada..." titik-titik tersebut berisi nama saya, dan dia menjawab; "tidak tau".

Tentu saja dia tidak tau, karena seumur hidupnya, pertemuan dengan saya hanya terhitung kurang dari jumlah jari tangannya. Bukan kesedihan saat itu yang terpikir oleh saya, tapi kekhawatiran bahwa dia akan bingung melihat semua yang terpampang dengan bebas merdeka di halaman mukabuku saya. Status yang seringkali berupa ungkapan dan bukan sebuah fakta hitam-putih, foto dan komentar yang rasanya terlalu berat untuk dicerna oleh seorang anak berumur 8 tahun.

Kemudian saya pun menghentikan langkah, memikirkan cara terbaik untuk mengatasi dilema mukabuku dan keponakan.

Rasanya sudah berulangkali saya sampaikan bahwa mukabuku hanya untuk bersenang-senang, tidak boleh ada kemarahan, kesedihan, curhat apalagi cacimaki bernada serius. Membaca status mereka yang seringkali penuh keluhan, kemarahan dan segala hal negatif membuat jemari saya tergerak untuk menekan tombol 'remove'. Tolonglah, kehidupan yang terpampang dalam keseharian kita sudah cukup menguras tenaga, kenapa harus ditambah dengan merusak keceriaan mukabuku...? Untunglah si empunya mukabuku cukup kreatif dengan membuatkan pilihan 'hide' sehingga saya tidak perlu memicu pertanyaan ga penting sebagai akibat dari proses remove.

Mukabuka hanya untuk ajang sosialisasi, silaturahmi, menemukan mereka yang telah lama hilang, dan saling mengetahui kabar terbaru. Cakupannya terlalu luas menurut ukuran saya, ada teman bermain, teman sekolah, keluarga bahkan rekan kerja plus bos. Kalau kemudian beberapa dari pengguna mukabuku bermaksud untuk mempertontonkan segala hal, pilihan ada pada masing-masing pengguna, melihat ataupun membiarkannya disana. Berkomentar, diam-diam memantau bahkan mengirim pesan dalam inbox.

Seingat saya, waktu pertama kali mukabuku didengungkan, ada kalimat yang menyebutkan bahwa diharapkan pengguna berusia tidak kurang dari 13tahun (cmiiw). Tapi kemudian satu-persatu keponakan saya muncul disana. Karena memang tidak ada hal yang saya rasa perlu dikhawatirkan, saya pun duduk manis santai menikmati keseharian saya dengan mukabuku.

Sampai beberapa hari lalu...

Kemudian saya sibuk minta info bagaimana cara terbaik mengatasi kondisi tetap berteman dengan para keponakan tetapi juga bebas merdeka bermain di mukabuku. Dan senangnya saya menemukan teman-teman yang mengalami dilema yang sama dan memberi solusi yang mencerahkan.

Jadi, mohon maaf ya sepupuku tersayang, tapi tentunya ini demi kebaikan kita semua... *senyum manis*

Tuesday, July 20, 2010

capedeh..

mind you,
not everything in life related with love between couple
my world of love is vast
don't bother asking as I won't bother explaining

Monday, July 19, 2010

cuma butuh orang yang tepat...

sungguh,
kamu ga perlu tempat yang tepat
ga perlu pusing menanti waktu yang tepat
karena semua ga terlalu penting saat kamu sendiri

sungguh,
seringkali hanya perlu dia dia dia kemudian mereka
ga peduli walaupun hanya jajan siomay di pojokan jalan
atau hanya obrolan kosong tiada arti

apa kamu pernah berpikir,
langit biru disana lebih ceria dengan tawa
hingar bingar musik lebih indah dengan senyum lepas
bahkan hujan badai dapat membuatmu terkekeh riang

bersama kamu,
gelap pun jadi indah
bersama kalian,
segalanya lebih mudah

sungguh,
lebih berarti hidup dengan bergandeng tangan
dan aku,
berterima kasih atas adamu...

#it's about being with the right people, no matter when or where, they never failed being there in your darkest days and will always bring happiness to your brightess days...


Friday, July 16, 2010

gada ide mo judulin apa

dalam sinar lembut bulan sabit
bintang berpendar yakinkan langkah tak sendiri
tengadah wajah menatap langit
biaskan rindu dalam temaram

andai sesal tak pernah tercipta
pejam mataku sungguh kan damai
langkahku kan tegak disisimu
tanpa torehan luka lalu

bukan cinta yang menggores luka
tapi kehilangan kosong menyesakkan
ketiadaan yang begitu nyata
menghempas nafasku ke lorong tak berujung

bukan dia, bukan kamu

bagai pemburu matahari terbit
lelah tertatih mendaki puncak tertinggi
untuk kemudian tiba
dalam kabut yang menelan pagi

bukan impian berharap nyata
bukan kesempurnaan yang fana

hanya bentangan hidup
penuh kejutan tanpa firasat
meninggalkan detak jantung tanpa jeda
mengubah terang jadi malam

biar sejuta bintang bulan hadir
tatap mata takkan lagi serupa
karena hati telah terbidik
satu bintang di balik sabit

diam tak kembali...


Thursday, July 15, 2010

maaf

Pergantian tahun yang berulang ternyata belum mampu membalut luka dengan sempurna
Tatap mataku masih teralih saat cerita itu ku perdengarkan padamu
Mengejutkan betapa luka masa lalu masih mengalirkan darah

Ternyata sebelah kakiku masih ada disana
Walau sebelah pijakan mantapku ada bersamamu pada hari itu
Tetap goyah berdiriku, bertumpu pada sebelah adaku

Peristiwa kemarin mengoyakkan luka
Meluluhlantakkan segalaku di dasar terdalam jiwa

Maaf kalau semua membuat kamu merasa harus bersaing dengan masa laluku

Tuesday, July 13, 2010

selamat datang keajaiban

Buat saya, keseluruhan proses hamil melahirkan dan mengurus anak adalah satu siklus keajaiban yang penuh haru dan menakjubkan. Dan terus terang, buat saya, lebih berat melihat mereka yang hamil dan menggendong anak daripada melihat mereka yang berpasangan dan menikah. Entah apakah itu faktor rasa keibuan yang demikian lekat pada wanita atau ada pembenaran lain yang lebih masuk akal, saya tidak begitu memikirkannya.

Ketika adik saya dinyatakan positif hamil, kebahagiaan menyeruak demikian hebat di benak saya, menghadirkan buliran airmata atas sebuah karunia maha besar yang telah dipercayakan Tuhan pada mereka, pada kami. Memperhatikan perutnya yang semakin hari semakin membesar, sungguh tak terbayang ada seorang makhluk hidup yang tumbuh di dalamnya.

Kemudian hasil foto USG satu demi satu menampakkan pertumbuhan bayi di dalam perut. Jemari mungilnya, kaki dan lengan kecilnya bergerak-gerak penuh semangat, seolah berusaha menyapa dunia yang belum lagi dikenalnya.

Dan makhluk kecil itu telah mencuri hati saya, memenuhi angan dan menerangi satu sudut kecil dalam hati, menyuarakan harapan dan kebahagiaan. Setiap hari adalah semangat baru, menyapa makhluk kecil di dalam perut adik saya menjadi sebuah upacara yang dinanti. Meletakkan tangan di atas perutnya dan merasakan getaran serta gerakan bayi kecil membuat saya merasa sanggup melakukan apapun untuknya. Sungguh perasaan yang luar biasa.

Kemudian hari itupun tiba, hari ketika seorang bayi kecil hadir di dunia, menyapa alam semesta dalam kebahagiaan dan menebarkan senyum penuh cinta di penjuru jagat raya.

Jemari mungil itu kini di genggaman, hangat tubuh kecilnya menggeliat dalam pelukan, tatap mata bulat hitamnya menjanjikan dunia... Tuhan, tiada cukup kata dan sujudku kepada-Mu untuk menyampaikan rasa terima kasih dan syukurku atas karunia-Mu yang luar biasa dalam kehidupan kami. Semoga amanah ini mampu kami jalankan sebaik Engkau menjaga kami dalam ada-Mu yang Maha Kuasa.

Selamat datang ke bumi bayi kecil,
Semoga cinta dan bahagia akan membawamu kedalam kehidupan yang penuh kedamaian
Semoga jejak yang kau hadirkan dalam setiap langkah, membawa arti bagi bumi dan seisinya

Monday, July 12, 2010

serak berderak

dan kamu membuatku patah hati
berkeping berserakan
membuat nyawaku berjuang
menyatukan serakan yang berderak menjauh
bersama harap yang kau hempas tak bersisa

#hujan+dingin:romantis...

si kecil hitam

Ketika pada akhirnya saya memutuskan bergabung dengan para pengguna Blackberry, rasanya tiada hari tanpa keceriaan bersama benda hitam kecil itu. Sapaan pagi sampai malam menjelang tidur menghiasi hari dan mengukir senyum tiada akhir. Bahagia rasanya bisa bersama dengan orang-orang kesayangan sepanjang hari, walaupun terpisah jarak tapi komunikasi seakan tak pernah putus. Seolah mereka hadir dalam setiap langkah...

Tapi kemudian rasa rindu membuncah, mengalahkan segala kemudahan dan jarak yang seolah abstrak. Saya merindu percakapan ringan bersama sajian bergelas-gelas kopi dan berpiring cemilan. Merindu wajah-wajah ceria bertukar cerita dalam tatap mata. Merindu segala yang nyata dan tak lagi terwakili oleh keberadaan benda hitam kecil yang sebelumnya begitu berharga.

Beberapa pertemuan yang terwujud dari hasil percakapan dunia maya pun seolah tak berbekas dalam. Tatap mata hanya sesekali terjalin, karena seringkali pandang kembali pada layar hitam di genggaman. Jemari seolah tak lepas dari tombol-tombol kecil dan bunyi-bunyian riuh ramai memecah konsentrasi, mengalihkan perhatian dari sebuah percakapan dunia nyata.

Dan akhirnya saya tak mampu lagi mengelak, benda hitam kecil itu telah begitu berkuasa, menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh...

Pemandangan lucu dan miris itu semakin sering terlihat; dua orang duduk berhadapan dan masing-masing begitu sibuk tersenyum dengan tatapan dan jemari lekat pada benda kecil hitam. Tak ada percakapan, tak ada sapa ringan, dan sebuah tawa lepas seolah lebih mahal harganya dari segala yang tersaji di meja. Kemudian bahasan yang muncul adalah cerita tentang status baru yang muncul di layar, cerita tentang percakapan dengan seseorang di dunia maya.

Lalu, untuk apakah pertemuan itu?

Seorang teman pernah begitu bersemangat akan bertemu seseorang dari masa lalunya dan menantikan sore itu dengan gelisah. Untuk kemudian mengirimkan sebaris sms pada saya mengabarkan kesedihan hatinya;
Teman : temanku sibuk dengan benda kecil hitamnya, aku duduk garing ga tau mau ngapain.
Saya : bilang dong sama dia, simpan dulu si hitam...
Teman : sudah, malah dia jawab, makanya beli hitam juga doong...

Dan saya terdiam, tak mampu menjawab tapi sungguh saya berempati padanya.

Jarak dan kesibukan seolah sebuah pembenaran yang tak kan pernah mampu digoyahkan. Benda kecil hitam itu memang demikian berharga menyiasati segalanya untuk tetap ada, untuk tetap hadir. Tetapi ketika kesempatan untuk hadir dalam nyata tiba, kenapa merusak segalanya dengan tetap berada dalam dunia maya...?

Kamu tau betapa saya merindu suaramu?
Betapa saya merindu binar matamu yang berpendar saat tawa hadir di wajahmu?
Dan betapa saya merindu kehangatan yang hadir dalam kebersamaan yang nyata dihadapan?
Seandainya pun airmata harus hadir disana, saya akan mampu membantu kamu menghapusnya dan menggantinya dengan senyum...

Jadi, tolong jangan biarkan saya mati di dunia maya...
Karena saya tau, icon-icon sedih tak kan mampu menggantikan rasa kehilangan dan kerinduan maha dahsyat yang saya punya...

Sore ini, cangkir itu akan terisi minuman hangat kesukaan kalian...
Semoga waktu dan jarak akan mampu tiada, untuk sesaat meyakini hati bahwa kalian ada
Dalam kehidupan nyata...