Ketika pada akhirnya saya memutuskan bergabung dengan para pengguna Blackberry, rasanya tiada hari tanpa keceriaan bersama benda hitam kecil itu. Sapaan pagi sampai malam menjelang tidur menghiasi hari dan mengukir senyum tiada akhir. Bahagia rasanya bisa bersama dengan orang-orang kesayangan sepanjang hari, walaupun terpisah jarak tapi komunikasi seakan tak pernah putus. Seolah mereka hadir dalam setiap langkah...
Tapi kemudian rasa rindu membuncah, mengalahkan segala kemudahan dan jarak yang seolah abstrak. Saya merindu percakapan ringan bersama sajian bergelas-gelas kopi dan berpiring cemilan. Merindu wajah-wajah ceria bertukar cerita dalam tatap mata. Merindu segala yang nyata dan tak lagi terwakili oleh keberadaan benda hitam kecil yang sebelumnya begitu berharga.
Beberapa pertemuan yang terwujud dari hasil percakapan dunia maya pun seolah tak berbekas dalam. Tatap mata hanya sesekali terjalin, karena seringkali pandang kembali pada layar hitam di genggaman. Jemari seolah tak lepas dari tombol-tombol kecil dan bunyi-bunyian riuh ramai memecah konsentrasi, mengalihkan perhatian dari sebuah percakapan dunia nyata.
Dan akhirnya saya tak mampu lagi mengelak, benda hitam kecil itu telah begitu berkuasa, menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh...
Pemandangan lucu dan miris itu semakin sering terlihat; dua orang duduk berhadapan dan masing-masing begitu sibuk tersenyum dengan tatapan dan jemari lekat pada benda kecil hitam. Tak ada percakapan, tak ada sapa ringan, dan sebuah tawa lepas seolah lebih mahal harganya dari segala yang tersaji di meja. Kemudian bahasan yang muncul adalah cerita tentang status baru yang muncul di layar, cerita tentang percakapan dengan seseorang di dunia maya.
Lalu, untuk apakah pertemuan itu?
Seorang teman pernah begitu bersemangat akan bertemu seseorang dari masa lalunya dan menantikan sore itu dengan gelisah. Untuk kemudian mengirimkan sebaris sms pada saya mengabarkan kesedihan hatinya;
Teman : temanku sibuk dengan benda kecil hitamnya, aku duduk garing ga tau mau ngapain.
Saya : bilang dong sama dia, simpan dulu si hitam...
Teman : sudah, malah dia jawab, makanya beli hitam juga doong...
Dan saya terdiam, tak mampu menjawab tapi sungguh saya berempati padanya.
Jarak dan kesibukan seolah sebuah pembenaran yang tak kan pernah mampu digoyahkan. Benda kecil hitam itu memang demikian berharga menyiasati segalanya untuk tetap ada, untuk tetap hadir. Tetapi ketika kesempatan untuk hadir dalam nyata tiba, kenapa merusak segalanya dengan tetap berada dalam dunia maya...?
Kamu tau betapa saya merindu suaramu?
Betapa saya merindu binar matamu yang berpendar saat tawa hadir di wajahmu?
Dan betapa saya merindu kehangatan yang hadir dalam kebersamaan yang nyata dihadapan?
Seandainya pun airmata harus hadir disana, saya akan mampu membantu kamu menghapusnya dan menggantinya dengan senyum...
Jadi, tolong jangan biarkan saya mati di dunia maya...
Karena saya tau, icon-icon sedih tak kan mampu menggantikan rasa kehilangan dan kerinduan maha dahsyat yang saya punya...
Sore ini, cangkir itu akan terisi minuman hangat kesukaan kalian...
Semoga waktu dan jarak akan mampu tiada, untuk sesaat meyakini hati bahwa kalian ada
Dalam kehidupan nyata...
No comments:
Post a Comment