Sulit sekali menghilangkan pamrih dari setiap perbuatan dan pikiran atas kamu dan segala hal dalam kehidupan. Dalam situasi yang seringkali terasa menghimpit dan menyesakkan dada, membuat kita berpegang pada pemikiran bahwa segalanya adalah sebuah proses untuk belajar menerima segalanya dengan ikhlas. Tapi mari tidak berbicara tentang ikhlas yang seolah jauh di awang-awang, mari menyempitkan konsep menjadi sebuah kata 'pamrih' yang terasa lebih membumi.
Sadar atau tidak, setiap langkah membawa kita pada sebuah harapan. Perbuatan baik pun selalu terkait dengan harapan akan sebuah balasan yang paling tidak, setimpal.
Baik menurut ukuran siapa?
Setimpal menurut ukuran siapa?
Mungkin perbuatan baik yang kita lakukan dengan sepenuh hati, belum termasuk hal luar biasa bagi mereka yang menerimanya. Walaupun kita merasa telah melakukan dengan segenap jiwa raga, tetapi penerima kebaikan tersebut mungkin terbiasa melakukan hal yang jauh lebih besar dari yang pernah kita terima. Atau mungkin juga sebaliknya, perbuatan itu bermakna sangat besar tetapi penerima tidak menganggapnya sebagai suatu hal menakjubkan.
Sudah waktunya merubah pola pikir.
Bahwa segala perbuatan baik memang harus dilakukan untuk kesenangan, kebahagian dan ketenangan hati dan hidup kita sendiri. Bukan untuk kamu, bukan untuk mereka.
Kebahagiaan hadir dari dalam hati yang bersih, kemudian bertambah dengan senyum bahagia yang tersungging manis di wajah setiap dari kita.
No comments:
Post a Comment