Selapis awan gelap selimuti baris bintang, hilang diam diperaduan.
Selarik nada gemerisik dihembus angin, sekedar sapaan ringan, bukan sebuah pesan sarat makna.
Dan bulan termenung dalam ayunan semesta, terbuai tanpa kantuk.
Pun belum lagi purnama, tersisa setengah putaran waktu untuk sempurna.
Betapa langit seumpama kertas kain polos tanpa noda, kemudian berhias titik-titik bintang, larik meteor berekor panjang membelah semesta menyisakan jejak.
Seperti kain, berhias bunga dan dedaunan, pun goretan abstrak tanpa bentuk.
Tetapi bulan tetap diam berayun di seluas angkasa raya, senyap tanpa suara.
Ketika langit bahkan gulita tanpa bulan, bintang berpesta semarak ceriakan malam...
Ketika lengkung putih bulan mengintip malu-malu, berharap lambaian mengajak turut berpesta pora...
Buncah bahagia pun mewujud dalam setengah sisi bulan gemerlap tanpa kerlip, hadir dalam senyum di sudut langit... Sampai waktunya tiba kesempurnaan semesta, dalam bulat sempurna sebuah purnama.
Ah, jangan kecil hati wahai bulan sabit.
Angkat dagumu hai bulan separuh.
Karena sempurna adalah kita, adalah engkau...
Dalam diam pun riuh, dalam benderang pun gulita, sempurna.
Karena segalanya, akan datang pada saatnya.
Menyempurnakan segala kesempurnaan.
No comments:
Post a Comment