Ga mungkin itu sungguh sebuah pernyataan yang meluluh lantakkan pagiku. Berbaris kalimat yabg ku haturkan padamu dengan penuh harap itu belum juga terwujud. Kemudian kata itu hadir seolah sebuah jawab.
Ga mungkin...
Pelipisku berdenyut perih. Pandangku buram.
Rasanya pagi ini harapku akan hanya berakhir harap tanpa punya kesempatan untuk jadi kenyataan.
... Berderak retak terserak berantakan ...
L I F E is a wonder, a place full of surprises and magic... Count your blessing and be thankful
Thursday, August 28, 2014
Monday, July 21, 2014
Pergilah lagi...
Entah bintang kah bulan angin atau petunjuk lain yang bermain dalam benak, tapi sungguh sejuta risau tinggal dalam disana. Diam. Sendiri. Tanpa suara.
Entah bagaimana mampu ku pendam air mata yang bertahan buramkan pandang, udara yang melesak dalam dada menyesakkan, denyut di pelipis yang berdenyar menyaingi desiran darah.
Firasat.
Kata itu demikian kuat pengaruhnya. Membuat segala cemas bertebar berpencar dalam segenap sel tubuh. Menggila. Traumatis, pun dramatis.
Tapi ini bukan drama. Hidupku bukan drama.
Rasa ini sungguh telah lama tertidur. Mungkin terlalu lama hingga ku nyaris lupa apa namanya. Mungkin seharusnya tetap saja tidur pulas agar tak lagi muncul memporakporandakan hati.
Firasat.
Sungguh kali ini ku tak suka kata itu. Membuatku sakit kepala dan ingin berteriak, palingkan wajah dan berlari berlari berlari.
Ku mohon, kali ini saja. Jangan lagi datang, pun kembali lagi.
Ku mohon, biarkan aku bersama bahagia. Tidurlah lagi, dalam mimpi indah firasatmu sendiri.
Jangan lagi kembali.
Biarkan hidup berahasia.
Entah bagaimana mampu ku pendam air mata yang bertahan buramkan pandang, udara yang melesak dalam dada menyesakkan, denyut di pelipis yang berdenyar menyaingi desiran darah.
Firasat.
Kata itu demikian kuat pengaruhnya. Membuat segala cemas bertebar berpencar dalam segenap sel tubuh. Menggila. Traumatis, pun dramatis.
Tapi ini bukan drama. Hidupku bukan drama.
Rasa ini sungguh telah lama tertidur. Mungkin terlalu lama hingga ku nyaris lupa apa namanya. Mungkin seharusnya tetap saja tidur pulas agar tak lagi muncul memporakporandakan hati.
Firasat.
Sungguh kali ini ku tak suka kata itu. Membuatku sakit kepala dan ingin berteriak, palingkan wajah dan berlari berlari berlari.
Ku mohon, kali ini saja. Jangan lagi datang, pun kembali lagi.
Ku mohon, biarkan aku bersama bahagia. Tidurlah lagi, dalam mimpi indah firasatmu sendiri.
Jangan lagi kembali.
Biarkan hidup berahasia.
Subscribe to:
Posts (Atom)