Banyak orang yg sibuk ngluarin pertanyaan tentang ksalahan apa yg udah mereka bikin pd saat ssuatu yg ga diharapkan terjadi. Gw pun pernah mengucapkan pertanyaan yg sama, dan dengan congkaknya merasa tdk pernah melakukan kesalahan besar untuk menerima kekacauan yg sedang terjadi.
Konon ktanya, kita menuai apa yg kita tanam...
Stiap peristiwa akan mmudahkan kta untuk memberi penilaian atas masing2 kepribadian manusia, yg ga jarang jg sdh dipengaruhi dan dicampuri oleh kesan pertama dan gosip yg beredar. Dan ga bisa dipungkiri bahwa dalam banyak kesempatan, kita merasa dapat melakukan ssuatu yg lebih baik drpd orang lain. Belum lg adanya para oportunis yg begitu pandai melihat kesempatan yg diciptakan oleh setiap peristiwa dan para pemilik 'kepribadian ganda' yg dapat dengan mudahnya berganti warna seolah bunglon.
Hidup memang benar2 ga bisa dipilah hanya dalam hitam, dan putih.
Selalu ada alasan dibalik setiap yg terjadi, dan selalu ada pembenaran yg berbeda bagi setiap individu. Kadang alasan dan pembenaran itu demikian tersamarkan, tak teraba dan tak terduga. Seringkali tak terlihat dari tempat kita berdiri.
Seringkli manusia dilihat dr hasil yg dicapai. Pdhal sesungguhnya, nilai terbesar adalah pd saat ia mampu melalui setiap proses dengan baik. Mampu melihat sesuatu yg lebih besar drpd suatu kekecewaan. Dan mampu tetap tegar berdiri di atas kesalahan yg telah diperbuat, tanpa memalingkan wajah dan menunjuk pihak lain bertanggung jawab.
Mungkin kalimat di atas terlalu muluk dan idealis...
Tapi manusia tidak terlahir besar, melainkan dilahirkan untuk menjadi besar atas setiap peristiwa yg membesarkannya.
Apakah lantas sebuah kekecewaan adalah cerminan dosa yg harus dibayar?
Mungkin jawaban yg lebih tepat untuk ini adalah sebuah pertanyaan retorik; siapakah dirimu wahai manusia, yg berani menyatakan diri bersih dari dosa...?
...bumi itu bulat dan berputar teman, seperti juga hidup...
No comments:
Post a Comment