Setelah beberapa waktu mati suri, tiba-tiba ku terbangun dengan senyum hangat di hati. Mungkin seperti putri tidur dalam dongeng yang terbangun oleh ciuman sang pangeran. Yang ku punya bukan ciuman yang membangunkan mati suri, tetapi hangat genggam tangan yang hadir menguatkan langkah.
Tetapi kemudian ternyata kisah putri tidur terulang dalam kisahku. Aku menggigit apel yang salah, dan kemudian kembali pulas tertidur. Sekali lagi mati suri.
Segalanya berbalik gelap dalam pejam mata tak berkesudahan. Tubuhku utuh bersih tak terluka, karena luka yang hadir demikian kasat mata, tersimpan jauh dalam relung terdalam. Membayang dalam coklat mata yang kemudian hilang dalam pandang di kejauhan.
Entah bagaimana ceritanya, mati suriku pun berkesudahan. Entah karena hujan telah berhenti hadir, atau purnama tiba-tiba muncul sebelum waktunya, atau apa. Tetapi kamu ada, menggenggam tanganku lagi, seolah mengajak kembali susuri hari kemarin.
Sederet episode dejavu hadir, mengembalikan hangat hati, senyum tersipu dan binar bintang dalam hati. Beserta pertanyaan galau yang hadir bersama bayang hari kemarin.
Dongeng putri tidur itu berakhir bahagia.
Semoga akhir bahagia itu juga milik kita.
Walau mungkin 'happily ever after' hanya ada dalam dongeng, tetapi kesempatan kedua ada di tangan kita.
Biar kita sempurnakan dongeng kita, bukan di dunia peri, tetapi disini. Bersama jutaan purnama dan setiap detik nafas semesta.
Tolong jangan lepaskan tanganku, kali ini aku tak mau lagi kembali mati suri. Karena tiga akan menjadi terlalu, mari biarkan dua menjadi nyata.
Kamu. Aku. Ada.
No comments:
Post a Comment