Pandangku sejajar langit beranjak terang, masih sedikit kelabu dan belum lagi biru terang. Hening, pasti hening sekali diluar sana. Pemandangan dari kubikel jendela di sisi kiriku membuatku lelap. Menghilang dari gemuruh bumi.
Berada di ketinggian sejajar gumpalan awan selalu membuat rasaku membuncah, menidurkan pikir. Kadang bahkan membuat pandangku sedikit buram oleh genangan airmata yang tak persis kupahami sebabnya.
Kadang khayal kanak-kanakku pun muncul, akan sebuah negeri di atas awan.
Wajah-wajah gembira bersenda gurau di atas tikar piknik dihamparan awan, celoteh riang mengisi celah diantara gumpalan awan putih penghias langit biru. Dan ketika hujan turun, mereka berlarian berpesta pora. Menanti waktu pelangi muncul untuk bertamasya ke negeri seberang.
Dan mereka pun tinggal dalam khayalku, yang takkan alpa ku jenguk dalam perjalananku.
Gumpalan awan, langit biru dan bentang bumi.
Seolah memberi kekuatan akan langkahku menyeberangi benua.
Butiran hujan, langit kelabu, purnama tanpa bintang dan kembali langit bercurahkan hujan.
Seolah mengerti dan menepuk pudakku tanda simpati atas perjalanan kembaliku.
Aku telah mengangkasa, dan kemudian kembali.
Meninggalkan guratan jejak, agar tak sesat kembaliku nanti.
Kepadamu.
No comments:
Post a Comment