Bulir keringat bermunculan
Di dahi, punggung, dan nyaris sekujur tubuh
Mentari tak terlalu terik hari ini
Tidak juga ramah bersembunyi di balik awan
Tetapi rupanya angin sedang sedih
Berdiam di tempat
Meninggalkan dedaunan tanpa gemerisik
Kaku, bagai kokoh batang pohon mangga di sana
Konon angin merasa tiada guna
Hembusannya tak mampu gerakkan awan yang penuh berisi uap air
Untuk menghadiahi bumi sebentuk hujan
Gelitiknya tak menampakkan hasil
Awan kelabu hanya bergeser dipermainkan angin
Ke selatan, utara
Menuju daratan, mendekati laut
Bergeming tanpa hujan
Segala bujuk rayu tiada mengena
Angin pun berduka
'Awan yang baik,
Ada apa denganmu?
Kenapa tak jua kau lepaskan butiran itu?'
Demikian ratap angin
'Ah, kau takkan mengerti kawan
Seseorang di bumi tak menginginkan hujan
Katanya hanya membawa kenangan sedih'
Sahut awan menunduk pilu
Kemudian angin pun meluncur ke bumi
Bercakap dalam hembus bisikan
Dan kembali ke sisi awan
Persis sebelum mentari hilang di ufuk barat
'Hei awan,
Ia tidak lagi bersedih
Lepaskanlah butiran itu
Biar sempurna sore bersama rindunya
Yang tertutup rapat, tersembunyi di balik tabir
Karena sesungguhnya ia mencari, dan merindu'
Kemudian angin pun menggandeng awan
Tersenyum
Bersama mereka hadirkan hujan basahi bumi
Basuh rindu mereka perindu
Yang menatap buliran air di jendela kaca
Yang menadahkan tangan basuh butir air
Yang menghirup harum tanah basah
Yang menari bersama hujan
Dan yang sembunyikan tangis dalam tarian hujan...
L I F E is a wonder, a place full of surprises and magic... Count your blessing and be thankful
Wednesday, August 31, 2011
a prayer for you
Gemerlap Ramadhan telah usai, bersama keriuhan malam Takbiran, dan kesyahduan Hari Raya Idul Fitri. Ledakan petasan masih terdengar sesekali, takbir pun masih mengalun menggema susuri langit malam.
Dan aku duduk diam di sudut ruang, sendiri.
Ketika tetamu dan kerabat telah kembali pulang, ketika wajah-wajah mereka terkasih lelap tertidur. Kemudian hati terasa penuh, entah kata apa yang akan cukup mewakili rasa yang begitu membuncah memenuhi hati, menyesakkan.
Akankah masih ada Ramadhan untukku nanti? Akankah kebersamaan tahun ini berulang dengan lebih manis dan mengesankan pada Ramadhan tahun depan?
Tuhan, sungguh belum mampu ku bayangkan esok tanpa mereka, jadi ku mohon dengan sangat, biarkan keberadaan mereka disisiku untuk waktu yang masih akan lama.
Biarkan ku mampu untuk memberi segala yang telah mereka berikan, mampukan aku untuk menjaga mereka, menyayangi dan mengasihi mereka.
Ingatkan ku selalu untuk mampu bersabar dan berbesar hati, sebagaimana mereka tiada henti memberi segala.
Tuhan, sungguh betapa bibir ini sulit mengucap betapa aku menyayangi mereka dengan sungguh-sungguh. Mohon mampukan aku untuk bersimpuh di kaki mereka dan mengucap maaf, sebelum habis waktuku.
-dedicated to my dearest mimo + baps, I love you both, so very much-
Dan aku duduk diam di sudut ruang, sendiri.
Ketika tetamu dan kerabat telah kembali pulang, ketika wajah-wajah mereka terkasih lelap tertidur. Kemudian hati terasa penuh, entah kata apa yang akan cukup mewakili rasa yang begitu membuncah memenuhi hati, menyesakkan.
Akankah masih ada Ramadhan untukku nanti? Akankah kebersamaan tahun ini berulang dengan lebih manis dan mengesankan pada Ramadhan tahun depan?
Tuhan, sungguh belum mampu ku bayangkan esok tanpa mereka, jadi ku mohon dengan sangat, biarkan keberadaan mereka disisiku untuk waktu yang masih akan lama.
Biarkan ku mampu untuk memberi segala yang telah mereka berikan, mampukan aku untuk menjaga mereka, menyayangi dan mengasihi mereka.
Ingatkan ku selalu untuk mampu bersabar dan berbesar hati, sebagaimana mereka tiada henti memberi segala.
Tuhan, sungguh betapa bibir ini sulit mengucap betapa aku menyayangi mereka dengan sungguh-sungguh. Mohon mampukan aku untuk bersimpuh di kaki mereka dan mengucap maaf, sebelum habis waktuku.
-dedicated to my dearest mimo + baps, I love you both, so very much-
Tuesday, August 30, 2011
Saturday, August 27, 2011
strike!
It was tuesday,
One fine evening
Even I was almost literally fall
Thanks to the hole on the ground that got my heels
But then I was literally fall for you
And here I am,
Missing you
One fine evening
Even I was almost literally fall
Thanks to the hole on the ground that got my heels
But then I was literally fall for you
And here I am,
Missing you
bocel-bocel
Bahwa suatu hari lalu, aku jatuh cinta...
Menawarkan hatiku yang sudah bocel sana sini, dengan keadaannya yang sungguh tak sempurna, kehadapanmu. Memberanikan diri menawarkan sayap-sayap yang ku punya untuk bersama terbang dan melihat segalanya dengan lebih berani. Waktunya belum tepat, ternyata aku harus terbang sendiri, bersama bocelan baru disudut hati.
Tidak adil rasanya mempertanyakan kesungguhan sebuah proses jatuhcinta, ketika rasa itu kureguk dengan gegap gempita dan kesadaran penuh akan hadirnya sebuah bocel baru bernama patahati.
Menawarkan hatiku yang sudah bocel sana sini, dengan keadaannya yang sungguh tak sempurna, kehadapanmu. Memberanikan diri menawarkan sayap-sayap yang ku punya untuk bersama terbang dan melihat segalanya dengan lebih berani. Waktunya belum tepat, ternyata aku harus terbang sendiri, bersama bocelan baru disudut hati.
Tidak adil rasanya mempertanyakan kesungguhan sebuah proses jatuhcinta, ketika rasa itu kureguk dengan gegap gempita dan kesadaran penuh akan hadirnya sebuah bocel baru bernama patahati.
Thursday, August 25, 2011
Bungy Jumping
Jatuh cinta itu seperti bermain bungy jumping,
Mendaki tangga sampai tinggi menuju langit, mengikatkan kaki dan menyerahkan diri pada seutas tali, kemudian...
Melemparkan diri ke ruang tanpa batas, tanpa pijak.
Lepas, ringan, melayang...
Dan kamu tahu, segalanya bahkan tampak indah walaupun dunia terbalik.
Seperti yang mereka bilang, head over heels...
Mendaki tangga sampai tinggi menuju langit, mengikatkan kaki dan menyerahkan diri pada seutas tali, kemudian...
Melemparkan diri ke ruang tanpa batas, tanpa pijak.
Lepas, ringan, melayang...
Dan kamu tahu, segalanya bahkan tampak indah walaupun dunia terbalik.
Seperti yang mereka bilang, head over heels...
Disconnected
Blocked, unfriend, unfollow, deleted...
Disconnected.
There I was
With my jaw dropped on the floor
Speechless
Disconnected.
There I was
With my jaw dropped on the floor
Speechless
Wednesday, August 24, 2011
just saying...
Seriously, when life puts you in the most uncomfortable situation, there is nothing you can do but laugh, or cry. Being numb could help from time to time, but panic is obviously won't help. You don't regret things that happened, that's a big no. You don't go yelling at other people to make you feel better.
Forgive yourself, and accept the past. Make peace with life and live with it.
Life is a big cosmic joke,
Life is a big roller coaster, with the upside down ride
Life is all in one package
It is you who decide which glasses you wear to see the world
Let it be rainbow, storm, rainy or sunshine day
You decide
And keep those who never failed to see the fun side of a bad joke...
Because laughter ease the pain, it brings hope to every second ahead
Forgive yourself, and accept the past. Make peace with life and live with it.
Life is a big cosmic joke,
Life is a big roller coaster, with the upside down ride
Life is all in one package
It is you who decide which glasses you wear to see the world
Let it be rainbow, storm, rainy or sunshine day
You decide
And keep those who never failed to see the fun side of a bad joke...
Because laughter ease the pain, it brings hope to every second ahead
Saturday, August 20, 2011
Hilang Kata
Entah, aku hilang kata
Pada segala topeng dan tameng yang kau sodorkan
Berhenti sembunyi
Memakilah kalau itu yang kau mau
Pergi jauh kalau itu yang kau butuh
Entah setebal apa tembok kaca yang telah kau bangun dengan susah payah
Tapi yang tersembunyi dan terkucil hanya nuranimu
Berhentilah
Sebelum lelah dan jengah
Dan kemudian muak
Pada segala topeng dan tameng yang kau sodorkan
Berhenti sembunyi
Memakilah kalau itu yang kau mau
Pergi jauh kalau itu yang kau butuh
Entah setebal apa tembok kaca yang telah kau bangun dengan susah payah
Tapi yang tersembunyi dan terkucil hanya nuranimu
Berhentilah
Sebelum lelah dan jengah
Dan kemudian muak
Friday, August 19, 2011
Tuesday, August 9, 2011
Laba-Laba
Mereka bilang sisi bumi yang ku tempati ini jenisnya tropis, dengan kelembaban tinggi. Hujan turun sepanjang waktu, walau tidak selalu datang dari langit, kadang menetes dari pucuk dedaunan. Berdetak-detik seperti jam besar di tempatmu berada.
Pada malam dunia terlukis di langit tanpa perlu ku gerakkan imaji, tergambar berkelap-kelip bagai senyum sejuta malaikat. Sungguh lebih meriah dari langit yang kau tatap kala merindu di gemerlap ibukota. Sehingga dunia bagimu pun kan lebih sering temaram, sembunyi di balik lembar kelabu langit kota.
Kaki-kakiku tampaknya takkan pernah cukup untuk susuri bumi, kadang malah aku diam di dahan rindang berpemandangan luar biasa, dari matahari ke matahari.
Ku tegakkan telinga dalam riuh suara alam, tajamkan indera tuk tangkap adanya. Ku pikir badai telah membuatnya terjebak di suatu tempat dan menghilangkan berjuta jejak yang ku buat, sehingga ia tak bisa menemukanku.
Selain itu, kaki-kaki kami terlalu ringkih, terulur gamang menggenggam bumi.
Sampai suatu hari, hembusan angin kencang itu membuatku terjatuh. Ya, ku pikir aku akan jatuh berdebam ke bumi, hancur luluh lantak sampai jadi debu. Tapi seketika tubuhku menghantam jalinan lembut, mungkin semacam sutra di tempatmu berada.
Kubuka mata dan mendapati sepasang mata menatapku dengan pandang yang tak mampu ku pahami. Tapi aku tau ia tersenyum.
"Kamu tidak apa-apa?", begitu sapanya. Kalimat sederhana yang membangunkan mati suriku.
Ternyata aku terlalu sibuk mencari dahan tertinggi, mendaki dan menajamkan inderaku hanya pada ia yang entah dimana, sehingga bahkan aku tak menyadari adanya yang menjalin benang demi benang, untuk kemudian menangkap jatuhku.
Dan kaki-kaki kami tak lagi terasa terlalu mungil di hadapan dunia. Bahkan mentari pun kemudian tak henti memancarkan gemerlap benang-benang yang tercipta dari kaki-kaki kecil kami. Bahkan butiran air yang terperangkap pun menjadikan hidupku, dan segalaku, sempurna.
Pada malam dunia terlukis di langit tanpa perlu ku gerakkan imaji, tergambar berkelap-kelip bagai senyum sejuta malaikat. Sungguh lebih meriah dari langit yang kau tatap kala merindu di gemerlap ibukota. Sehingga dunia bagimu pun kan lebih sering temaram, sembunyi di balik lembar kelabu langit kota.
Kaki-kakiku tampaknya takkan pernah cukup untuk susuri bumi, kadang malah aku diam di dahan rindang berpemandangan luar biasa, dari matahari ke matahari.
Ku tegakkan telinga dalam riuh suara alam, tajamkan indera tuk tangkap adanya. Ku pikir badai telah membuatnya terjebak di suatu tempat dan menghilangkan berjuta jejak yang ku buat, sehingga ia tak bisa menemukanku.
Selain itu, kaki-kaki kami terlalu ringkih, terulur gamang menggenggam bumi.
Sampai suatu hari, hembusan angin kencang itu membuatku terjatuh. Ya, ku pikir aku akan jatuh berdebam ke bumi, hancur luluh lantak sampai jadi debu. Tapi seketika tubuhku menghantam jalinan lembut, mungkin semacam sutra di tempatmu berada.
Kubuka mata dan mendapati sepasang mata menatapku dengan pandang yang tak mampu ku pahami. Tapi aku tau ia tersenyum.
"Kamu tidak apa-apa?", begitu sapanya. Kalimat sederhana yang membangunkan mati suriku.
Ternyata aku terlalu sibuk mencari dahan tertinggi, mendaki dan menajamkan inderaku hanya pada ia yang entah dimana, sehingga bahkan aku tak menyadari adanya yang menjalin benang demi benang, untuk kemudian menangkap jatuhku.
Dan kaki-kaki kami tak lagi terasa terlalu mungil di hadapan dunia. Bahkan mentari pun kemudian tak henti memancarkan gemerlap benang-benang yang tercipta dari kaki-kaki kecil kami. Bahkan butiran air yang terperangkap pun menjadikan hidupku, dan segalaku, sempurna.
Subscribe to:
Posts (Atom)