Sindrom pms itu luar biasa adanya dalam hidup saya. Dan betapa perubahan kondisi emosi saya pun semakin menggila dengan luar biasa dan gegap gempita.
Pada banyak kesempatan, saya hanya ingin punya tombol yang bisa menghentikan segala suara yang terdengar bergaung dan emnggema dalam kepala saya. Bising. Ribut. Mengganggu.
Dan pada banyak kesempatan lainnya, saya hanya ingin menghilang. Tidak perlu ada begitu banyak pertanyaan, perhatian atau apapun akan keberadaan seorang saya di dunia. Dunia saya, pun dunia mereka.
Saat dimana saya sungguh tidak punya stok empati dan toleransi berlebih, dan seringkali terlalu jujur pada apa yang saya rasa dan pikir. Seolah pms menjadi alasan dan pembenaran akan segala kekacauan yang tengah saya pertontonkan.
Tetapi kadang, rasanya memang ini adalah saat dimana saya punya keberanian lebih untuk mampu menyampaikan segala yang tertahan di ujung lidah, segala yang berusaha saya abaikan, tepis dan buang jauh dari hati dan rasa.
Tapi kemudian, apakah saya menyesal telah melepaskan segala monster dan sisi hitam itu merajalela dan berkuasa dalam satu periode kehidupan bulanan?
Jawabannya; ya pada beberapa hal dan tidak pada beberapa hal lainnya.
Karena mungkin, pms adalah saat saya menjadi manusia paling tidak sempurna yang berani melepaskan segala monster dan sis tergelap menggeliat dan menghirup sedikit kebebasan.
No comments:
Post a Comment