Apakah perlu sebuah alasan hadir sebagai penyebab, ataukah sebagai sebuah pembenaran?
Ketika rasa itu hadir memporak porandakan segala keyakinan dan batasan langkah, tegak berdiriku dalam sebuah pergumulan batin maha hebat dalam raga yang terlonjak geletar sayap kupu-kupu. Dan kemenangan pun tak tepat menggambarkan titik akhir pergumulan.
Betapa naif terkadang mata hati kita memandang hidup, betapa mudah kita memberi penamaan dalam setiap pilihan manusia atas langkah kehidupannya, dan betapa menjadi penonton selalu membuat kita tampak pintar dan berada dalam lingkup kebenaran.
Selalunya ucapan akan lebih mudah dari perbuatan...
Sebuah kompromi telah membukakan jalan baru dalam kehidupan. Mungkin tidak sepenuhnya benar, pun rasanya tidak sepenuhnya salah. Tetapi setiap lekukan hidup selalu bersisian dengan resiko, kesedihan dan kegembiraan.
Saat bahagia memenuhi seluruh rongga dalam raga dan jiwa, ingatkan diri untuk tiada lepas pijakan kaki dari bumi. Karena sempurna itu tiada kekal adanya, karena sempurna itu bukan milik manusia.
Berpegang pada bahagia yang nyata, nyata ada dalam genggaman, nyata ada dalam setiap desah nafas kehidupan...
Bagaimanapun sederhananya hidup, bahagia adalah pilihan dan kemampuan. Pilihan untuk merasa bahagia pada setiap peristiwa yang tersaji dengan mewah dalam lembaran hidup. Kemampuan untuk mensyukuri setiap detik yang terhadirkan dengan sempurna dan sederhana, dan berdamai dengan segala yang hadir diantaranya.
Dan ketika cinta hadir bersama seluruh pijar gemerlapnya, pejam mata dan diam sejenak.
Karena kebenaran akan selalu menunjukkan jalan, setapak - melebar - berbelukar - mulus beraspal.
Kesempatan kedua terlalu mewah, jadi untuk apa menyia-nyiakan kini yang tiada henti terpapar nyata dalam kesederhanaan yang membahagiakan. Lakukan segala terbaik, dengan niat baik dan tulus. Karena cerita belum akan berakhir
Dan kalaupun akan berakhir, pastikan sesal tiada singgah setelahnya...
No comments:
Post a Comment